PENGARUH
GAYA PENYAJIAN BERITA METROTV TERHADAP MAHASISWA AKTIF JURNALISTIK ANGKATAN
2011
PROPOSAL
PENELITIAN
Dibuat
dalam rangka mengikuti Mata Kuliah Metode Penelitian Komunikasi I (Kuantitatif)
Disusun
oleh kelompok :
Nama
: Angela Limawan
NIM
: 11140110033
Jurusan
: Public Relations
Fakultas
Ilmu Komunikasi
Unniversitas
Multimedia Nusantara
TANGERANG
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Suatu
berita dapat disebut layak berita ketika mengandung unsur nilai berita. Dalam
dunia jurnalistik, sebuah isi media harus mengikuti tata aturan, seperti
pemilihan isi media yang harus berkaitan dengan unsur nilai atau kelayakan
berita. Jika tidak, isi media tidak akan berpengaruh besar terhadap kepentingan
publik dikarenakan berita tersebut dianggap kurang berbobot. Salah satu unsur
nilai berita adalah konsekuensi yang artinya suatu peristiwa yang melibatkan
atau bisa mengakibatkan timbulnya peristiwa yang mempengaruhi publik. Gaya
penyajian MetroTV memiliki kualitas yang tinggi. Namun, setelah masuk dalam
partai politik, kualitas penyajian beritanya menurun karena golongan tertentu
sudah bergabung dalam partai politik. Jadi, media massa harus menyampaikan
beritanya secara hati-hati dengan cara melindungi partai Nasdem.
Dalam
kasus ini, penulis mengambil objeknya MetroTV. Berita yang dipublikasikan oleh
MetroTV akan memberikan konsekuensi, baik bagi MetroTV, Surya Paloh, maupun
Partai Nasdem. Misalnya, jika MetroTV dalam beritanya membahas kasus Akil
Mochtar yang berhubungan dengan Ratu Atut, masyarakat dapat menangkap itu
sebagai bagian dari strategi politik di mana Partai Nasdem atau Surya Paloh
ingin menjatuhkan Aburizal Bakrie dan Partai Golkar yang menjadi pesaingnya
dalam pemilu 2014. Konsekuensinya bagi objek berita yang dipilih yaitu Partai
Golkar termasuk kadernya Ratu Atut yang akan menimbulkan
hal buruk bagi reputasi partai Golkar. MetroTV akan dinilai sebagai alat
kampanye dari Surya Paloh, walaupun beritanya masih objektif dan kredibel.
Awalnya,
MetroTV dinilai berbagai kalangan sebagai media berita terbaik dari segi
kualitas penyajian berita dan isi berita. Penyajian beritanya yang baik bisa
dilihat dari gaya penyampaiannya, seperti kualitas News Anchor, kameramen saat penyamaian berita Live maupun nonlive.
Lalu, alat yang digunakan, teknik-teknik yang diterapkan saat peliputan berita,
baik live dan nonlive, bisa dilihat dari kualitas sumber daya manusia yang
dimiliki oleh MetroTV tidak sembarangan. Sayangnya, sejak keputusan Sang
Pemilik MetroTV yaitu Surya Paloh membentuk sebuah Partai yaitu Partai Nasdem,
reputasi baik itu seakan hilang sedikit demi sedikit.
Partai Nasdem adalah sebuah partai
yang dibentuk oleh Surya Paloh. Sebenarnya dalam membentuk partai oleh pemilik
sebuah media tidak disalahkan dan sah-sah saja. Hanya saja budaya yang dimiliki
Indonesia terkait dengan hal-hal politik dan perebutan kekuasaan terkadang
dipandang negatif. Di Indonesia, banyak orang berlomba-lomba menjadi pejabat
karena gaji besar, kerjanya yang mudah, bahkan bermalas-malasan pun tetap digaji
dan mendapat fasilitas “premium”. Keterkaitannya dengan media yakni media
dijadikan sebagai alat kampanye oleh partai politik untuk membentuk opini publik
dan meraup suara rakyat dalam memenangkan pemilu. Akan tetapi, kebebasan ini
disalahgunakan oleh partai. Media dijadikan sebagai alat perang argumen dan
fakta dalam balutan pemberitaan yang akan menjatuhkan kader atau partai lain.
Perubahan budaya inilah yang menjadikan kepemilikan media yang sama dengan
kepemilikan partai dianggap “haram” oleh masyarakat.
Ini
juga disebabkan oleh buruknya pemerintahan Indonesia yang tidak mampu
memperbaiki kehidupan masyarakat umum. Semakin banyak korupsi, perebutan kekuasaan
oleh berbagai pihak yaitu merebut kursi pemerintahan di setiap jabatan, hutang
Indonesia yang semakin menumpuk dan perekonomian yang semakin memburuk, akan
menyebabkan masyarakat pasrah dan tidak mempedulikan nasib bangsa ini.
Faktanya
stasiun TV memiliki kelebihan masing-masing dan mengedepankan program-program
mereka sesuai dengan ideologi, kepentingan pemilik media, serta tujuan
perusahaan yang dibedakan dengan adanya perbedaan target audience mereka.
Semuanya ini tercermin dari gaya penyajian program-program, serta gaya
penyajian berita yang dalam penelitian ini dibahas. Sehingga sebenarnya setiap
stasiun TV memiliki keunggulan dan kelemahannya. Walaupun memang ada penilaian
yang sah bagi stasiun TV terbaik untuk seluruh programnya tapi tetap masih
memiliki kelemahan. Bukan berarti stasiun TV dengan penilaian
terendah adalah stasiun TV dengan kualitas terburuk. Tetap memiliki
keunggulannya karena setiap stasiun TV memiliki target audience yang berbeda.
Contohnya
RCTI yang memiliki gaya penyajian berita yang baik karena tidak dipengaruhi
oleh hal apapun, sayangnya porsi beritanya sedikit dan lebih mengarah ke entertaiment, sedangkan MetroTV yang
memang sebagai TV berita, porsi beritanya sangat banyak bahkan nyaris tanpa hal
lain. Kualitas penyajian beritanya pun sempat dinilai berbagai kalangan sebagai
TV berita terbaik di Indonesia sebagai TV komersil. Sayangnya, terdapat
penurunan kualitas penyajian berita MetroTV. Sebagaian kalangan menganggap
banyak penyajian berita mereka yang bias dan terdapat kepentingan politik di
dalamnya karena Surya Paloh, pemilik MetroTV yang mencalonkan diri sebagai
presiden dengan Partai Nasdem.
MetroTV
memiliki nilai berita yang sangat kuat dan porsi beritanya juga lengkap. Soundbite yang digunakan MetroTV juga
sangat panjang sehingga MetroTV dinilai sebagai stasiun TV terbaik sebelum
masuknya partai Nasdem. Namun, karena MetroTV saat ini sudah dimiliki oleh
partai tersebut, terkadang nilai
beritanya menjadi menurun karena berpihak pada kepentingan kelompok tertentu. Hal
tersebut sangat mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap gaya penyajian
berita MetroTV saat ini. Masyarakat akan cenderung menilai negatif karena
berita yang bias dengan campur aduk suatu partai.
Gaya
penyajian berita semua stasiunTV di Indonesia bisa dikatakan bagus karena
memiliki gaya penyajiannya masing-masing. Begitu juga MetroTV, sebagai
stasiunTV berita, MetroTV memiliki kualitas yang baik dalam penyajian berita.
Sayangnya, sejak munculnya Partai Nasdem dan rencana pencalonan diri Surya
Paloh, pemilik MetroTV sebagai presiden RI 2014, kualitas penyajian beritanya
menurun, dengan mulai muncul banyaknya bias pada berita yang ditayangkan dan
pengarahan opini publik terkait kepentingan politik Partai Nasdem. Tapi sebagai
stasiun TV berita, program lain di MetroTV seperti 360, wide shot, dan sebagainya masih dalam kualitas baik.
Adanya
penurunan kualitas penyajian berita MetroTV yang ditandai dengan mulai
banyaknya bias yang ditampilkan dalam berita. Seperti pemberitaan tentang
pemerintahan SBY yang sangat negatif, membandingkan elektabilitas calon
presiden 2014 tanpa menyebut elektabilitas Surya Paloh. Lalu banyak
memberitakan hal-hal yang mendukung Partai Nasdem seperti kegiatannya, pendapat
(kritik dan saran) bagi berbagai pihak, dan sebagainya. Tapi kualitas penyajian
berita MetroTV masih peringkat pertama dalam rating baik dari pendapat pakar,
survei, dan pendapat masyarakat.
Penulis akan memfokuskan pada
penelitian terhadap penyajian berita MetroTV yang saat ini sudah dipengaruhi
oleh kepentingan pemiliknya, Surya Paloh yang akan mencalonkan diri sebagai
Presiden Indonesia 2014-2019. Lalu, kepentingan Partai Nasdem untuk terus
mempublikasikan dan mencari dukungan untuk partai baru ini, merekrut kader
baru, tentunya membentuk opini publik bahwa partai lain yang sudah ada “tidak
bagus untuk kembali dipilih”, dengan memberitakan segala fakta buruk tentang
partai maupun kadernya yang bisa menjatuhkan reputasi partai tersebut.
Gap yang penulis temui di sini
adalah pada proses penyajian berita oleh karyawan MetroTV terhadap teori yang
seharusnya, seperti yang ada dalam poin-poin tujuh Deadly Seens Jurnalist. Walaupun penyaji berita sudah berdasarkan
fakta yang ada, namun, tujuan dari diberitakannya berita tersebut adalah
memenangkan pertarungan dalam pemilu 2014 yang dipengaruhi oleh Sang Pemilik
MetroTV. Banyak pemberitaan MetroTV yang merugikan objek pemberitanya.
Seorang mahasiswa dalam membuat
sebuah tugas atau laporan pasti membutuhkan acuan selain dari teori dan pengajaran
yang diberikan oleh dosen. Hal lain seperti buku dan ilmu serta praktek
jurnalistik juga perlu dipelajari di luar kampus karena tidak semuanya akan
disampaikan oleh dosen. MetroTV yang dikenal sebagai stasiun yang menyajikan berita
dengan kualitas terbaik tentu akan menjadi panutan yang membantu mahasiswa,
terutama mahasiswa jurnalistik dalam mempelajari bagaimana penyajian berita
dari gambar hingga dalam hal penulisan dan penyampaiannya. Sayangnya, MetroTV
tahun ini memiliki kepentingan lain dibalik penyajian beritanya karena sudah
adanya Partai Nasdem yang mengusung Surya Paloh, pemilik dari MetroTV sebagai
calon presiden 2014. Kualitas penyajian beritanya akan dipengaruhi oleh
kepentingan Surya Paloh di dunia politik, pertarungannya dengan partai lain.
Proposal
ini menunjukkan bagaimana persepsi mahasiswa aktif jurnalistik di Universitas
Multimedia Nusantara (UMN) terhadap gaya penyajian berita MetroTV sekarang ini.
1.2
Permasalahan Penelitian
Berdasarkan
latar belakang masalah yang dijabarkan, penulis mengambil permasalahan pokok
dalam penelitian ini, yaitu:
1.2.1
Bagaimana persepsi mahasiswa aktif jurnalistik UMN angkatan 2011 – 2012 terhadap
gaya penyajian berita MetroTV?
1.2.2
Apakah yang menjadi tolak ukur penilaian mahasiswa aktif jurnalistik UMN angkatan
2011 – 2012 terhadap gaya penyajian berita MetroTV?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk:
1.1.1.1 Mengetahui
persepsi mahasiswa aktif jurnalistik UMN angkatan 2011 – 2012 terhadap gaya
penyajian berita MetroTV
1.1.1.2 Menganalisis
tolok ukur mahasiswa aktif jurnalistik UMN angkatan 2011 – 2012 terhadap gaya
penyajian berita MetroTV
1.3.2 Kegunaan Penelitian
1.3.2.1
Kegunaan Teoretis
Hasil
penelitian akan memberikan kontribusi pemikiran dalam perkembangan Ilmu
Komunikasi, khususnya di bidang Jurnalistik.
1.3.2.2 Kegunaan
Praktis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa aktif jurnalistik angkatan
2011 – 2012 di UMN untuk memberikan pemahaman mengenai gaya penyajian berita
MetroTV lebih mendalam dan luas, serta dapat dimanfaatkan dalam praktek di lapangan.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
1.
Ruang Lingkup Penelitian pengaruh gaya penyajian berita MetroTV adalah mahasiswa aktif Jurnalistik angkatan
2011 di Universitas Multimedia Nusantara.
2.
Ruang Lingku Penelitian pengaruh gaya penyajian berita MetroTV adalah mahasiswa
aktif Jurnalistik angkatan 2012 di Universitas Multimedia Nusantara
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.5.1 Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di Universitas Multimedia Nusantara yang terletak di Jalan Boulevard
Gading Serpong, Scientia Garden, Tangerang Selatan, mengingat sampel yang
diteliti adalah mahasiwa aktif jurusan jurnalistik angkatan 2011 – 2012. Penulis
memilih mahasiswa aktif jurusan jurnalistik angkatan 2011 – 2012 karena
penelitian ini berfokus terhadap persepsi mahasiswa aktif Jurnalistik mengenai
gaya penyajian berita MetroTV.
1.5.2 Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilakukan pada pukul 08.00-17.00 karena sampel koresponden yang diteliti
adalah mahasiswa aktif jurnalistik UMN angkatan 2011 – 2012 sehingga penulis
bisa mendapatkan data penelitian dari para responden secara langsung pada waktu
tersebut.
BAB
II
TINJUAN
PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
2.1
Tinjauan Komunikasi
2.1.1
Komunikasi
Banyak macam pengertian
mengenai komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli, dan salah satunya adalah :
“Komunikasi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dengan
menggunakan simbol-simbol – kata-kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya.
Tindakan proses transmisi itulah yang
biasanya disebut sebagai komunikasi.” (Berelson, Bernard dan Gary A.Steiner ,
2010 : 68). Pengertian komunikasi yang
lain, menurut Raymond Ross , seperti yang dikutip Prof.Deddy Mulyana dalam
bukunya “Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar” ; “Komunikasi (intensional)
diartikan sebagai proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol
sedemikian rupa, sehingga dapat membantu pendengar membangkitkan makna atau
respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh si
komunikator.” Komunikasi sendiri setidaknya
memiliki tiga konseptualisasi. Hal tersebut disampaikan oleh John
R.Wenburg dan Willian W. Wilmot. Tiga konseptualisasi tersebut adalah :
komunikasi sebagai tindakan satu arah ;
komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi.
Dalam penelitian ini, mahasiswa aktif
jurnalistik 2011-2012 Universitas Multimedia Nusantara diartikan sebagai
komunikan. Maksudnya adalah, bahwa mahasiswa aktif ini adalah mereka yang menerima,
menyortir, dan memilih informasi, gagasan , emosi, keterampilan dengan
menggunakan berbagai macam simbol yang disampaikan oleh si komunikator, dalam
penelitian ini adalah Metro TV. Stasiun Metro TV sebagai komunikator, melakukan
proses transmisi informasi, gagasan, emosi dengan menggunakan simbol. Metro TV
menyampaikan berita yang terjadi di dalam dan di luar negeri, dan terdapat
gagasan tertentu di dalamnya dan diharapkan adanya emosi dari masyarakat untuk
merasakan apa yang dirasakan, entah itu merasa kasihan, iba, atau menolak
maupun mendukung. Karena Metro TV merupakan stasiun televisi, mereka
menyampaikan berita, semua menggunakan gambar (bentuk grafis) dan tulisan,
sebagai keterangan dari berita tersebut.
2.1.2 Jurnalistik
Istilah
“Jurnalistik” biasanya dikaitkan dengan media massa, penulisan berita, dan
waktu tertentu (aktualitas). Secara harafiah, istilah “Jurnalistik” berasal
dari bahasa Perancis Jour yang berarti hari atau catatan harian. Kata Journal
dalam bahasa Inggris berarti laporan atau catatan. Menurut Roland E.Wolesely
dan Laurence R.Campbell dalam buku Exploring Journalism, 1949, yang dikutip
oleh Askurifai Baksin (2006 : 48), jurnalistik merupakan tindakan diseminsasi
informasi, opini, dan hiburan untuk publik dengan sistematik dan dapat
dipercaya kebenarannya melalui media komunikasi massa. Tindakan penyebaran dan
penyampaian berita dibantu dengan media massa, tujuannya agar publik bisa
memperoleh isi informasi yang memungkinkan mereka memiliki sistem masyarakat
yang damai dan produktif, juga memberikan mereka kepuasan pribadi (Siebert,
Fred S ; 1948). Menyampaikan informasi
dalam prinsip jurnalistik tidak bisa sembarangan, karena belum tentu semua
informasi bisa dijadikan sebagai berita. Syarat sebuah informasi bisa dijadikan
berita atau tidak adalah apakah informasi ini memiliki nilai, kepentingan
publik atau tidak. Menurut Luwi Ishara (2005), terdapat beberapa ciri-ciri dari
jurnalistik.
Pertama,
skeptis merupakan sikap untuk mempertanyakan segala sesuatu, tidak mudah
percaya pada satu informasi semata, agar tidak mudah tertipu. Bukan berarti
cuek sama sekali, tetapi lebih kepada keraguan. Tugas dari seorang wartawan
adalah berusaha untuk terjun ke lapangan dan menggali informasi yang eksklusif.
Kedua, bertindak (action), maksudnyaadalah wartawan tidak menunggu terhadap
adanya kejadian-kejadian tertentu, namun, mencari dan mengamati peristiwa
dengan naluri mereka sendiri. Selanjutnya, berubah artinya media tidak hanya
bertindak sebagai penyalur informasi saja. Tetapi, juga berperan sebagai
pemberi makna dan penyaring dalam pemberian informasi, dan juga bertindak
sebagai fasilitator. Kemudian, seni dan profesi yang mengandung pengertian
bahwa wartawan diharapkan mampu menangkap aspek-aspek unik dari setiap kejadian
yang didapatkannya. Terakhir, peran pers dalam dunia jurnalistik bertindak
sebagai mata dan telinga publik, melaporkan setiap peristiwa di luar
sepengetahuan masyarakat, dengan netral dan tanpa prasangka. Selain itu, juga
berperan sebagai interpreter, wakil publik, peran jaga, serta pembuat
kebijaksanaan dan advokasi.
2.1.3
Komunikasi Massa
Komunikasi
massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan media massa, baik, media
cetak seperti koran dan majalah, atau
media elektronik, seperti radio dan televisi. Biasanya, pesan-pesan yang
disampaikan bersifat umum, disampaikan dengan cepat, serentak, dan selintas,
khususnya pada media elektronik. (Mulyana, 2010 :84). Media massa di zaman
sekarang ini sudah ditambah oleh internet, dimana kecepatan penyebaran
informasinya sudah tidak bisa dibendung lagi. Media pun seolah berlomba-lomba
untuk “mendapatkan gelar” media mana yang paling cepat dalam memasukan berita,
sehingga bisa dibaca oleh banyak orang. Namun, hampir sering media lupa
mengenai unsur keakuratan dalam sebuah berita. Keakuratan berita adalah
mengenai : apakah narasumbernya memang benar-benar memadai, apakah kejadian
tersebut memang benar-benar ada, dan apakah ada bukti yang bisa ditunjukan.
Metro TV merupakan salah satu media
massa yang berdiri dibawah bendera perusahaan Media Indonesia. Sebenarnya,
selain Metro TV, juga ada Media Indonesia dan MetroTV.com . Di zaman sekarang
ini, Metro TV juga mengandalkan masyarakat dalam mendapatkan informasi melalui
follower akun Twitter Metro TV, akun facebook Metro TV, atau citizen journalism
yang sekarang sedang menjadi sebuah trend. Dalam penyebaran informasinya, Metro
TV juga dibantu oleh Metro TV.com dalam bentuk digital, dan koran Media
Indonesia. Perlu diingat juga, bahwa stasiun TV yang berlambangkan burung
rajawali pada huruf O ini, merupakan satu dari sedikit stasiun televisi (media
massa elektronik) yang menggunakan format televisi berita, dimana hampir semua
acaranya berisi soft news ataupun hard news.
2.1.4 Media Massa
Kata
media merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti pengantar atau perantara. Kata “massa”
berasal dari suku Anglosaxon, yang berarti alat yang pada hakikatnya terarah
untuk sesuatu yang besar. Jadi, pengertian media massa adalah media yang
memungkinkan untuk melakukan komunikasi pada komunikan dengan jumlah yang lebih
banyak. Media massa dapat membantu mengatasi hambatan berupa kondisi geografis
dan waktu yang terbatas . Terdapat beberapa fungsi dari media massa, yaitu
sebagai pemberi informasi, membantu dalam pengambilan keputusan, dan pendidik.
Pemberi informasi yang dimaksudkan merupakan salah satu fungsi dasar dari media
massa, yaitu menyampaikan informasi
secara tepat tanpa terikat waktu. Selain itu, pengambilan keputusan yang
dimaksudkan adalah media menuntut adanya keputusan kelompok-kelompok diskusi,
dan diharapkan adanya perubahan norma-norma sosial pada kelompok media.
Pendidik yang memiliki arti sebagian dapat dilaksanakan sendiri oleh media
massa, sedangkan bagian lain
dikombinasikan dengan komunikasi antar pribadi (Eduard D, 1978 : 47).
2.2
Kerangka Teori
2.2.1
Teori Persepsi
Proses terbentuknya persepsi dimulai
dari proses pengamatan yang kita lakukan dengan alat panca indera kita. .
Terjadinya pengamatan ini dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau dan sikap
seseorang. Biasanya persepsi ini hanya berlaku bagi dirinya sendiri. Selain itu
juga persepsi ini tidak bertahan seumur hidup dapat berubah sesuai dengan perkembangan
pengalaman, perubahan kebutuhan, dan sikap dari seseorang baik laki-laki
ataupun perempuan.
Proses pembentukan persepsi diawali
dengan masuknya sumber melalui suara, penglihatan, rasa, aroma, sentuhan secara
langsung, yang akhirnya diterima oleh indera manusia. Sejumlah besar sensasi
yang diperoleh dari proses pertama diatas kemudian diseleksi dan diterima.
Fungsi penyortiran ini dijalankan oleh
beberapa faktor: harapan individu, motivasi, dan sikap.
Sensasi yang diperoleh dari hasil
penyortiran pada tahap kedua itu merupakan input bagi tahap ketiga, tahap
pengorganisasian sensasi. Dari tahap ini, akan diperoleh sensasi yang merupakan
satu kesatuan yang lebih teratur dibandingkan dengan yang sebelumnya.
Tahap
keempat penginterpretasian pengalaman, proses belajar, dan kepribadian. Apabila
proses ini selesai dilalui, maka akan diperoleh hasil akhir berupa persepsi.
2.2.2
Teori Penyajian Berita
Dalam penyajian berita sebuah
program berita di televisi, banyak hal yang mempengaruhi gaya penyajiannya.
Faktor pertama adanya seorang pembawa berita atau Newsanchor. Seorang
Newsanchor harus memiliki penampilan baik dari segi perilaku, busana, pembawaan
berita, dan tata rias. Faktor kedua adalah penulisan pesan yang akan
dipublikasikan. Mulai dari pemilihan berita dan penulisan yang dilakukan
wartawan, penyaringan dan pemilihan berita oleh editor, serta editing ulang yang dilakukan oleh
pemimpin redaksi.
Menurut Van Djik, ada 6 model yang
dapat dijadikan standar sebuah penulisan atau penyajian pesan suatu berita yang
baik. Pertama adalah Tematik yaitu topik sebagai struktur makro dari wacana
atau pesan. Dari topik yang ditandai sebuah judul, seorang pembaca harus sudah bisa menerka isi pesan yang akan
disampaikan mulai dari masalah, tindakan, sampai pendapat berbagai pihak di
dalamnya. Kedua adalah Skematik yaitu model yang menggambarkan teks pesan
secara khusus dengan memberi tekanan berbeda dari setiap bagian yang ada di
pesan. Seperti pendahuluan (lead berita), isi (story), dan kesimpulan (summary)
pesan. Ketiga adalah Sematik yaitu setiap penulisan sebuah pesan pasti memiliki
makna di dalamnya. Makna tersebut dapat mengarahkan pada aktor di balik pesan,
kepentingan pembuat pesan, dan sebagainya. Karena di dalam sebuah pesan pasti
memiliki aktor yang berperan baik secara langsung di dalam pesan maupun tidak.
Makna Pesan juga dapat dilihat dari latar pesan dari segi suasana masyarakat
saat ini yang dihubungkan dengan munculnya pesan itu dalam bentuk berita di
televisi.
Model kelima adalah Stilistik yaitu
style yang digunakan penulis dalam menyajikan pesan yang dapat dilihat dari
gaya penulisannya mulai dari pemilihan kata-kata, kalimat, dan formal atau
informalnya bahasa yang digunakan. Biasanya hal ini dipengaruhi oleh buday
penulis, ideologi media, dan budaya media tersebut. Model keenam adalah Retoris
yaitu model yang menentukan tujuan dari pesan yang akan mempersuasi pembaca
bahkan membentuk opini publik. Model ini ditandai dengan adanya kata-kata
hiperbola atau melebih-lebihkan, sampai bahasa formal atau informal tergantung
kebutuhan atau tujuan media.
2.3
Hipotesis
Dugaan
sementara penulis terhadap penelitian ini adalah : Ho, yaitu dimana nilai
pengaruh gaya penyajian berita Metro TV terhadap persepsi mahasiswa aktif
jurnalistik angkatan 2011-2012 Universitas Multimedia Nusantara : netral /
tidak ada. Ha dalam penelitian ini adalah ada pengaruh gaya penyajian berita
Metro TV terhadap persepsi mahasiswa aktif jurnalistik 2011-2012 Universitas
Multimedia Nusantara.
2.4
Definisi dan Operasional Variabel (judul)
2.4.1
Definisi Variabel
2.4.1.1 Pengaruh Gaya Penyajian Berita
Metro TV
Ciri khas atau keunikan dari suatu cara
pencarian, pengumpulan, pengolahan, dan penyampaian informasi faktual dan
akurat tentang kejadian sehari-hari kepada publik yang dilakukan oleh Metro TV.
Metro TV merupakan salah satu stasiun televisi swasta yang memiliki ciri khas
sebagai stasiun televisi berita.
2.4.2.2 Persepsi Mahasiswa Aktif Jurnalistik
Universitas Multimedia Nusantara Angkatan 2011-2012
Suatu tanggapan atau penyerapan secara
langsung dari sesuatu yang dilihat dan dirasakan, yang perlu diteliti kembali
sesuai kebutuhan dan kepercayaan. Dalam hal ini, yang membuat persepsi adalah
murid-murid besar Universitas Multimedia Nusantara yang mengambil jurusan jurnalistik
dalam pemilihan jurusan di fakultas Ilmu Komunikasi angkatan 2011-2012.
2.4.2
Operasional Variabel
Variabel
|
Definisi Konseptual
|
Dimensi
|
Skala (1-5)
|
Pengaruh Gaya Penyajian Berita
(X)
|
Ciri
khas atau keunikan dari suatu cara pencarian, pengumpulan, pengolahan, dan
penyampaian informasi faktual dan akurat tentang kejadian sehari-hari kepada
publik.
|
1.
Akurasi Berita
Nilai
kebenaran dari berita yang disampaikan
2.
Gambar yang ditampilkan
Grafis
yang ditunjukan sebagai keterangan berita
3.
Netral
Tidak
memiliki kepentingan tertentu dalam membuat atau menampilkan berita
4.
Presenter Berita
Orang
yang membawakan program acara berita
5.
Suara
Pendukung
dari gambar yang dapat menjelaskan sebuah berita
|
1.
Sangat Baik (skor : 5 poin)
2.
Baik (skor : 4 poin)
3.
Ragu-ragu (skor : 3 poin)
4.
Tidak Baik (skor : 2 poin)
5.
Sangat Tidak Baik(skor : 1 poin)
|
Persepsi
(Y)
|
Suatu
tanggapan atau penyerapan secara langsung dari sesuatu yang dilihat dan
dirasakan, yang perlu diteliti kembali sesuai kebutuhan dan kepercayaan.
|
1.Pemahaman
mengenai Kualitas Stasiun Televisi
Pemahaman
terhadap tingkat baik atau buruknya sebuah produk (dalam hal ini : stasiun
televisi)
2.
Pemahaman mengenai kualitas berita
Pemahaman
mengenai tingkat baik-buruknya sebuah berita yang disampaikan kepada media.
|
1.
Sangat Setuju (skor : 5 poin)
2.
Setuju (skor : 4 poin)
3.
Ragu-ragu (skor : 3 poin)
4.
Tidak Setuju (skor : 2 poin)
5.
Sangat Tidak Setuju (skor : 1
poin)
|
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1
Paradigma Penelitian
Penelitian ini
menggunakan paradigma
penelitian kuantitatif, sehingga bersifat positifistik
dan objektivistik.
Penelitian yang sifatnya positivistik awalnya diperkenalkan oleh John Austin
dan dikembangkan oleh August Comte (1798-1857). Penelitian ini
diambil dari objek umum atau bersifat deduktif yaitu tentang gaya penyajian
sebuah berita televisi di Indonesia yang akhirnya dipilih secara random sesuai
dengan beberapa faktor yang penulis buat. Maka jatuh kepada MetroTV dan
penilitian berfokus hanya pada stasiun TV ini, yaitu menjadi bersifat khusus
atau induktif. Faktor yang menjadi penentu penulis dalam memilih random stasiun
TV di Indonesia ini antara lain adanya pengaruh politik di dalam ideologi
sebuah media yang menjadikan aliran dan objektivitas media tersebut berubah
bahkan menghilang karena adanya kepentingan di dalamnya. Mengapa politik,
karena di Indonesia saat ini dunia politik adalah dunia yang sangat kotor
dengan banyaknya perebutan kekuasaan dengan berbagai cara serta pemanfaatan
kekuasaan untuk memperkaya pejabat negara.
Penelitian
yang mengandalkan struktur empiris yang akan melihat segala sesuatu dari penglihatan indera
yang bisa dirasakan, diraba, dilihat, didengar. Jadi, penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif
(positifistik/objektivistik) ini menyelidiki beberapa variabel, yang kemudian
akan melakukan penarikan dari umum ke khusus yang didukung dengan teori atau
pun fakta lainnya. Penilitian ini difokuskan pada gaya
penyajian berita MetroTV dari segala program berita di MetroTV antara lain pada
penyusunan pesan atau kata-kata, makna di dalam pesan, dan pemilihan berita
yang disajikan. Dari semua variabel ini akan kami hubungkan dengan persepsi
mahasiswa jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara yang mengerti teori dan
praktek dunia jurnalistik, sehingga dapat memberikan pendapat yang objektif.
3.2 Jenis atau Sifat Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua
variabel yaitu antara gaya penyajian berita MetroTV yang akan mempengaruhi
persepsi mahasiswa jurnalistik Univeristas Multimedia Nusantara angkatan
2011-2012 yang menjadi responden, serta bersifat eksplanatif. Penelitian
eksplanatif adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu teori yang
sudah ada yang telah dipahami oleh mahasiswa aktif jurnalistik angkatan 2011 –
2012 di UMN, sehingga penilaian mahasiswa terhadap gaya penyajian berita
MetroTV bersifat objektif. Penulis akan melihat tanggapan dari para mahasiswa
jurnalistik angkatan 2011 – 2012 terhadap gaya penyajian berita MetroTV.
Penulis juga membandingkan antara penilaian yang diberikan mahasiswa
jurnalistik sebagai penerapan dari teori yang mereka pelajari, dengan gaya
penyajian berita oleh MetroTV.
Jadi, penelitian eksplanatif ini
bertujuan untuk memperbaiki atau mengembangkan teori sesuai dengan objek yang
ada, maka objek terkait bisa diperbaiki juga sesuai dengan teori baru yang
sudah diperbaiki. Teori akan menjadi lebih kuat dan lebih baik, begitu juga
sistematisasi praktek di lapangan atau objek penelitian.
3.3 Metode Penelitian
Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian survei yang merupakan bagian
dari metode kuantitatif. Metode penelitian dengan survei adalah metode yang
dilakukan di lapangan dengan memberikan kuisioner, angket, atau wawancara
terhadap koresponden. Menurut Zikmund (1997), metode penelitian survei adalah satu
bentuk teknik penelitian di mana informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel
berupa orang, melalui pertanyaan-pertanyaan. Menurut Gay & Diehl (1992), metode
penelitian survei merupakan metode yang digunakan sebagai kategori umum
penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara, sedangkan menurut Bailey
(1982), metode penelitian survei merupakan satu metode penelitian yang teknik
pengambilan datanya dilakukan melalui pertanyaan – tertulis
atau lisan.
Dalam
penelitian ini, penulis akan memberikan beberapa pertanyaan terkait topik
penelitian yang akan dijawab secara lisan dan langsung oleh responden, sehingga
waktu yang dibutuhkan dalam melakukan survei cukup singkat untuk satu orang responden
dan tidak membutuhkan kertas atau waktu tertentu yang perlu mengumpulkan semua responden.
Penulis juga bisa langusng mengetahui hasil dari wawancara dengan satu orang.
3.4 Populasi
dan Sampling
3.4.1 Populasi
Dalam penelitian kuantitatif,
penulis akan mengambil sampel dari mahasiswa aktif jurnalistik angkatan
2011 – 2012 di Universitas Multimedia
Nusantara. Penulis akan mengambil sebanyak 173 di mana jumlah mahasiswa
angkatan 2011 sebanyak 140 orang, sedangkan mahasiswa angkatan 2012 sebanyak
165 orang. Jadi, jumlah semua responden untuk angkatan 2011-2012 sebanyak 305
orang.
Sumber data penulis adalah enspeksi langsung di
lapangan dengan meminta jadwal beberapa mahasiswa aktif jurnalistik angkatan
2011 dan 2012 untuk menjadi acuan dan melakukan survei. Dari penelitian ini, penulis akan melakukan metode survei karena dalam penelitian
ini, penulis memerlukan responden berupa populasi dan sampel yang dicari di
lapangan dan mendapatkan hasil survei di lapangan dengan partisipasi dari
koresponden tersebut. Penulis memfokuskan sampel yang diteliti adalah mahasiswa
aktif jurnalistik di Universitas Multimedia Nusantara agar dapat memberikan
persepsi mengenai gaya penyajian berita MetroTV.
3.4.2 Teknik
Sampling
Dalam
penelitian ini, teknik sampling yang
digunakan adalah Random Sampling di mana
penulis menggunakan Simple Random
Sampling dalam penelitian berbasis kuantitatif ini.
Penulis
membutuhkan responden dari seluruh mahasiswa jurnalistik angkatan 2011 – 2012, dengan
jumlah mahasiswa angkatan 2011 sebanyak
140 orang, sedangkan mahasiswa angkatan 2012 sebanyak 165 orang. Melalui
teknik sampling ini, maka akan dilakukan pembagian angket terhadap populasi mahasiswa aktif jurnalistik angkatan 2011-2012 dengan kesempatan yang sama.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Penulis
menggunakan teknik survei karena metode penelitian yang dilakukan adalah berada
di lapangan untuk meneliti populasi dan sampel. Responden penulis adalah
mahasiswa jurnalistik UMN angkatan 2011 – 2012.
Karena
fokus penulis dalam penelitian ini adalah pengaruh gaya penyajian MetroTV terhadap mahasiswa
aktif jurnalistik angkatan 2011-2012. Jadi, penelitian ini dilakukan di mana penulis
terlibat langsung terhadap orang-orang yang sedang diamati atau bisa dijadikan
sebagai sumber data penelitian.
3.6 Teknik Pengolahan Data
Peneliti
menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science) untuk
melakukan editing data hasil uji
instrument serta mencari validitas data.
3.7 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh gaya penyajian MetroTV terhadap
mahasiswa aktif jurnalistik angkatan 2011-2012, sehingga
tanggapan atau penilaian yang diberikan dari para responden bersifat objektif,
yang merupakan penerapan dari teori dan praktek yang telah dipelajari oleh para
responden. Dalam teknik
analisis data, setelah semua data atau sumber sudah terkumpul, maka data dapat
diolah dan dianalisis melalui statistik sehingga menjadi sebuah data yang mudah
dimengerti dan diinterpretasi. Tujuan dilakukan analisis data agar data yang
sudah terkumpul dapat disederhanakan, dan dapat merumuskan suatu masalah yang
ada.
DAFTAR PUSTAKA
·
Putro, S.Eko Widoyoko. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
·
Brent D, Rubent, Lea P.Stewart. 2006. Communication and Human Behavior.
21
Best Casino Sites in Kenya - LuckyClub
BalasHapusLooking for a Casino site in Kenya? ✓ 100% match deposit bonus ✓ 50% deposit match up to KBCR1000 + 20 free spins. ✓ Play at the best online luckyclub casinos.