TUGAS AKHIR OPINI PUBLIK
KOMPAS GRAMEDIA
Nama :
Angela Limawan
NIM :
11140110033
Fakultas :
Komunikasi / Public Relations 2011
UNIVERSITAS
MULTIMEDIA NUSANTARA
2013
Setiap
perusahaan dalam merancang praktek bisnisnya dan produk yang akan disampaikan
kepada masyarakat tentu memiliki standar harapan yang mereka ingin publik
mengerti dan menerima produknya sehingga menjadi persepsi positf bagi
perusahaan tersebut. Hal yang perusahaan sampaikan kepada publik bukan hanya
produk atau jasa yang akan dijualnya tapi juga praktek bisnis/tata kelola
perusahaan yang juga diperlihatkan karena itu akan membantu citra produk mereka
terangkat. Maka dari itu hal utama yang akan sebuah perusahaan lakukan adalah
menetapkan visi misi baik bagi produknya maupun praktek bisnisnya. Lalu mereka
akan mulai menjual produknya di masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, publik
akan mengenal produk suatu perusahaan. Tentunya mereka juga akan mulai
menyadari perbedaan produk baru ini dengan produk dari perusahaan lain. Itu
berarti mereka sudah mengerti dan menerimanya. Dengan sendirinya reputasi
perusahaan pun mulai terbentuk yang tercermin dari produknya. Tapi untuk sebuah
kelangsungan hidup perusahaan ini saja tidak cukup. Seiring berjalannya waktu
dan semakin besarnya pertumbuhan suatu perusahaan,jika ingin mendapatkan
apresiasi yang lebih besar lagi dari publik, perusahaan tetap dituntut untuk
konsisten mempertahankan visi-misinya dan terus berinovasi. Dalam inovasi inilah
perusahaan berusaha mencari apa yang menjadi kebutuhan publik agar produknya
sesuai dan dapat diterima bahkan diingat dan menjadi brand. Proses inovatif inilah yang saya namakan analisis pembentukan
opini publik oleh sebuah perusahaan. Setelah produk itu berhasil menjadi suatu
brand dimata masyarakat, perusahaan tetap dituntut untuk mempertahankannya
dengan melakukan berbagai praktek bisnis yang baru. Sesuai dengan keadaan
Indonesia saat ini, yang dibutuhkan perusahaan untuk mempertahakan brand mereka
adalah melakukan Program CSR.
Saya akan mengangkat KOMPAS
GRAMEDIA. Bagaimana Kompas Gramedia pertama kali mengeluarkan produk pertamanya
yaitu koran yang sekarang setelah 50 tahun konsisten menjadi brand leader dan market leader di Indonesia. Dan spesifikasi pembahasan hanya pada
poduk media cetak atau koran saja.
BAB 1
LATAR BELAKANG
Latar Belakang Kompas Gramedia
1.
Tahun 1963 :
Terbitnya majalah bulanan Intisari pada tanggal
17 Agustus 1963 oleh Petrus Kanisius (PK) Ojong dan Jakob Oetama (JO), bersama
J. Adisubrata dan Irawati SH. Majalah bulanan Intisari bertujuan memberikan bacaan
untuk membuka cakrawala bagi masyarakat Indonesia. Tahun 1965 hampir 3 tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 28 Juni 1965, diterbitkan
Surat Kabar KOMPAS. Tahun 1971 perusahaan mendirikan Percetakan Gramedia di Jalan Palmerah
Selatan dan menerbitkan koran dari pagi hari.
2.
Tahun 1972 : Hampir
bersamaan dengan mulai beroperasinya Percetakan Gramedia, pada tahun yang sama
didirikan unit bisnis Radio Sonora, berkedudukan di Jalan Gajah Mada, Jakarta
Pusat. Tahun
1973 : Untuk
mengisi kekosongan bacaan khusus anak-anak, diterbitkanlah majalah anak-anak
Bobo pada tanggal 14 April 1973. Usaha di
bidang majalah ini kemudian semakin berkembang dan merambah ke segmen remaja,
wanita, pria, otomotif, pengetahuan, teknologi dan umum, yang semuanya
tergabung dalam unit bisnis Kelompok Majalah.
3.
Pada tahun
1974 didirikan unit bisnis PT Gramedia Pustaka Utama (GPU) sebagai penerbit
buku umum. Pada 15 Januari 1975 didirikan unit usaha khusus untuk
menerbitkan buku-buku elektronik, buku komputer, yang kemudian juga merambah ke
buku-buku komik, yaitu PT Elexmedia Komputindo. Pada tahun 1976, Kompas Gramedia mendirikan unit
bisnis PT Gramedia Film.
4.
Tahun 1981 Perusahaan juga melakukan diversifikasi usaha di luar core
business dengan membangun unit bisnis perhotelan, yang dimulai dengan
didirikannya PT Grahawita Santika (PT GWS) pada tanggal 22 Agustus 1981. Tahun 1984 Kompas Gramedia kembali mengembangkan produk yang dimilikinya
dengan menerbitkan rubrik BOLA pada tanggal 3 Maret 1984 sebagai sisipan harian
KOMPAS setiap hari Jumat. Pada
tahun 1987, Kompas Gramedia mengambil-alih kepemilikan perusahaan penerbitan
harian Sriwijaya Post di Palembang.
5.
Tahun 1988 : Diversifikasi
usaha kembali dilakukan oleh Kompas Gramedia dengan pendirian PT Graha Kerindo
Utama (GKU) pada tahun 1988, sebagai perusahaan converting tissue berkualitas
dengan brand Tessa dan Multi. Lalu menerbitkan Tabloid KONTAN, yang terbit pertama kali pada
tanggal 27 September 1996.
6.
Tahun 1998 : Harian
KOMPAS membuat versi online dari harian KOMPAS cetak yang disebut Kompas Online
dengan alamat http://www.kompas.com. Tahun
1999 Menererbitkanlah Harian Warta
Kota, tepatnya pada tanggal 3 Mei 1999. Tahun
2000 : Mendirikannya
PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh, tepatnya pada tanggal 22 Maret 2000, yang
pada waktu itu dikenal dengan sebutan TV7.
7.
Tahun 2005 : Mendirikan
Universitas Multimedia Nusantara (UMN) yang dikelola oleh Yayasan Media
Informasi Kompas Gramedia. UMN merupakan sebuah lembaga perguruan tinggi dengan
teknologi informasi dan komunikasi sebagai dasar dalam setiap proses belajar
mengajar.
8.
Tahun 2009 : Pada awal
tahun 2009 media elevise mulai dijajagi kembali. Kompas Gramedia Television
(KOMPAS GRAMEDIA TV) menjadi kendaraan perusahaan untuk menjalankan bisnis di elevise
yang dimulai dengan pembentukan proyek KOMPAS GRAMEDIATV pada awal Oktober
2009.
Seperti apa awal opini publik terhadap produk dan
perusahaan Kompas Gramedia?
Awal
ditrbitkannya koran kompas memang pada zaman era orde lama dimana kondisi
politik Indonesia yang masih kacau pasca kemerdekaan. Ditambah lagi masalah
komunisme yaitu PKI dan keterlibatan Soekarno di dalamnya memperkeruh suasana.
Tapi setiap pemberitaan yang dikeluarkan Kompas, sangat membantu publik dalam
mengetahui keadaan negaranya setiap hari terutama bidang politik dan ekonomi.
Sejak awal koran kompas sudah melaksanakan tanggung jawab jurnalistiknya yang
saat ini sudah ditetapkan dalam undang-undang negara. Yaitu pertama menjadi
pengawas dalam pemerintahan negara dan memberikan segala informasi kepada
masyarakat tentang kinerja pemerintah. Dan menjadi jembatan aspirasi masyarakat
kepada pemerintah untuk terbentuknya atau perubahan suatu kebijakan. Sehingga
koran kompas menjadi media cetak pertama di Indonesia dan langsung diterima di
masyarakat. Bahkan karena sifat netralnya dan transparansi pemberitaan tentang
pemerintah kala itu yang ternyata dianggap sebuah ancaman kekuasaan. Koran
kompas dalam pemberitaan, pada 1968 koran kompas pun dibredel pada kekuasaan
Soeharto.
Setelah runtuhnya era Soeharto dan
koran kompas kembali beraktivitas, koran kompas pun tetap tidak merubah pedoman
netralnya dan transparansi dalam pemberitaannya. Saat ini setelah munculnya
berbagai media cetak dari perusahaan lain, tidak menggeser koran kompas sebagai
market leader dan brand leader. Karena media lain, salah
satu contohnya Media Indonesia. Dimiliki oleh Surya Paloh yang kita tahu pernah
menjabat sebagai anggota Partai Golkar dan saat ini beliau Ketua Umum dari
Partai Nasional Demokrat. Dan masih banyak lagi pemilik media yang merupakan
pelaku politik dan mengejar jabatan dewan di pemerintahan. Tentu media miliknya
akan dikendalikan akibat kepentingan owner.
Sehingga framing dan agenda setting yang dibuat dan dikeluarkan dalam produk
mereka sudah berbau isu kepentingan sang owner
dan tidak netral apalagi transparan. Misalnya menjatuhkan atau menjelek-jelekan
partai lain menjelang pemilu, walaupun pemberitaannya merupakan fakta tapi
ekspose yang berlebihan tujuannya bukan untuk menginformasikan hal-hal politis
kepada publik melainkan menginformasikan keburukan “pesaing sang owner” kepada publik untuk satu tujuan
yaitu memenangkan pemilu atau menurunkan elektabilitas pesaing.
Selain itu kepentingan lain yang
dimanfaatkan pemilik media dan pelaku jurnalistik untuk mendapatkan profit
lebih dan mengesampingkan kualitas pemberitaan dan etika di dalamnya adalah
iklan dan kerjasama. Jika banyak yang baca atau beli, produk laku, maka iklan
pun berdatangan. Maka hiburan dan bad
news yang memang lebih disukai masyarakat akan jauh lebih banyak tersedia
di media dari pada good news.
Ketidakseimbangan ini akan berdampak besar bagi segala bidang dan kalangan
terutama pemikiran masyarakat. Contoh salah satu dampak negatif terlalu
banyaknya bad news dibanding good news adalah hilangnya rasa cinta
tanah air oleh pemuda berendidikan yang sudah mengerti arti pemberitaan karena
merasa negaranya sangat buruk. Mereka akan mencari tahu, dan jika itu benar
mereka bisa saja meninggalkan negara ini dan lebih memilih menetap di negara
lain. Maka Indonesia akan kehilangan banyak pemuda berprestasi yang sebenarnya
diperlukan untuk kelangsungan hidup bangsa ini.
Ini semua tidak dilakukan dan tidak
dapat ditemukan di dalam harian kompas. Pertama tidak adanya keberpihakan dalam
pemberitaan bukan karena owner Kompas
Gramedia tidak terjun ke dunia politik karena dari awal komitmen perusahaan
adalah bersikap netral. Kedua adalah pemberitaan yang berimbang antara bad news dan good news. Bahkan analisa saya terhadap pemberitaan kompas dari
produk lain yaitu kompas.com mereka jauh lebih banyak mengekspose good news dari segala bidang daripada bad news. Ini terjadi karena sejak awal
visi perusahaan adalah Enlightning People. Yaitu mencerahkan masyarakat dan
membantu negara memperbaiki kualitas hidup sumber daya manusia Indonesia.
Ini semua tercermin dari pemberitaan
dalam koran kompas. Sehingga untuk masyarakat menengah ke atas yang
berpendidikan akan jauh lebih memilih membaca koran kompas daripada yang lain
karena netral, karena sifat netral itulah pemberitaannya bersifat objektif dan
transparan. Sedangkan untuk kalangan menengah ke bawah yang kurang “melek
media” juga lebih diuntungkan saat menjual koran kompas karena lebih laku dan
harganya yang paling mahal sehingga dari segi ekonomi cukup tinggi nilainya.
Dia juga telah menjadi brand leader
sejak awal di Indonesia dan belum tergeser.
Mengapa opini ini dipilih dan diangkat?
Pertama karena saya ingin mengangkat
kehebatan Kompas Gramedia dalam kosnistensinya dalam mempertahankan posisi
brand leader selama 50 tahun tanpa tergoyahkan walaupun sekarang sudah banyak
media lain dan produk lain. Padahal ternyata dalam wawancara saya dengan salah
satu humas Kompas Gramedia, bapak Zaenal Arifin beberapa waktu lalu. Kompas
Gramedia tidak ada program khusus yang pernah dilaksanakan untuk mempromosikan
produknya atau membangun awarenes bahkan acceptence publik untuk mendapatkan
posisi ini. Beliau berpendapat bahwa faktor penting yang didapatkan Kompas
Gramedia saat ini dari dulu adalah pertama faktor keberuntungan. Mengapa?
Karena Kompas menjadi koran pertama di Indonesia sejak zaman orde lama yang
berani dengan tegas bersebrangan dengan pemerintah dan transparan, bahkan
hingga dibredel pada orde baru. Sehingga publik nasional telah melihat bahwa
Kompas satu-satunya media cetak yang berani menentang pemerintah untuk
kepentingan masyarakarat. Dan ini dipertahankan terutama ketidakberpihakan
sebuah media kepada kelompok atau individu tertentu. Walau masyarakat menengah
ke bawah sekalipun dapat melihat bagaimana sepak terjang dan pemberitaan yang
diberikan Kompas adalah murni.
Ini juga diperkuat dengan kualitas
SDM Kompas yang memiliki level terbaik dalam jurnalistiknya. Nama-nama wartawan
unggulan berperan penting di dalamnya. Bukan hanya skill yang mereka gunakan tapi juga pengalaman mereka bahkan ada
wartawa yang pernah mengalami zaman orde lama, orde baru, dan orde reformasi.
Sehingga objektivitas dalam pembuatan dan penyajian suatu berita sangat nyata
tanpa bumbu lain dan 7 deathly sense bagi wartawan sudah mereka wujudkan semua
dalam prakteknya.
Kedua karena zaman berubah seiring
juga dengan perkembangan diberbagai bidang dan pemikiran masyarakat. Dan zaman
sekarang adalah era dimana setiap perusahaan harus bertanggung jawab bukan
hanya pada sumber daya manusia saja tetapi juga pada lingkungan. Apalagi sejak
tahun 2000, isu global warming sudah mencuat dan semua perusahaan segala bidang
dituntut untuk mempertanggung jawabkan praktek bisnisnya terhadap lingkungan.
Kompas sendiri kita tahu bahwa pendapatan dan praktek bisnis utamanya adalah
koran dan buku yang berbahan baku kertas. Sangat relevan jika kita sandingkan
praktek bisnis Kompas ini dengan isu global warming yang makin hari makin mencuat.
Dan dampak negatifnya terhadap bumi semakin besar.
Mengapa ini menjadi pembahasan?
Karena walaupun Kompas sudah menjadi brand dan selama ini belum pernah
sekalipun mengalami krisis apalagi yang berhubungan dengan lingkungan, tapi
tetap saja Kompas harus segera bertindak untuk meminimalisasikan isu ini
menjadi suatu serangan ke perusahaan dan menjadi krisis yang fatal.
BAB 2
KERANGKA KONSEP
Pertama mari kita mulai dengan apa
itu opini publik. Opini sendiri adalah sebuah pendapat seseorang yang dinyatakan
atau tidak tapi diwujudkan dalam tindakan. Berdasarkan teori koherensi jika
pendapat satu orang sama dengan pendapat orang lain, baru bisa dikatakan opini.
Dalam kasus ini, semua orang sepakat bahwa koran kompas adalah koran yang
berbeda dengan koran lain karena di dalamnya tidak ada kepentingan politik atau
ekonomi. Menurut teori korespondensi, jika pendapat itu sesuai dengan fakta
barulah pendapat itu bisa disebut sebuah opini. Dalam kasus ini, pendapat
masyarakat tentang koran kompas yang netral dan transparansi serta berimbang
dalam penyajian berita, sesuai dengan fakta yang bisa ditemui disetiap berita
dan konsistensinya.
Berdasarkan teori, salah satu ciri
dari opini publik yang dibangun Kompas Gramedia adalah isu yang menjadi
pembahasan berhubungan dengan kepentingan publik, dan akan mempengaruhi sikap
dan perilaku publik yang dalam kasus ini sudah terjadi perubahan bahkan
kepercayaan akibat berhasilnya pembangunan opini publik ini. Sedangkan elemen
lain seperi isu yang diangkat yaitu citra Kompas Gramedia dari salah satu
produknya yaitu koran. Publik sendiri yaitu masyarakat Indonesia. Opini yaitu
visi perusahaan yang menjadi media netral, transparan, dan dari awal hingga
saat ini adalah sebagai media dia menjalankan tanggung jawabnya yaitu mediasi
atau institusi sosial yang menjadi jembatan penyampai aspirasi publik kepada
pemerintah dan pengawas pemerintahan negara. Sehingga dengan melaksankan dua
tanggung jawab ini, berarti Kompas Gramedia sebagai media sudah sejalan dengan
kemauan dan kebutuhan publik dan memenuhinya sehingga penerimaan publik
terhadap Kompas bertahan lama karena konsistensi yang mereka bangun. Media yang
digunakan hanyalah promosi dan penjualan produk untuk pembuktian.
Lalu teori lain adalah hubungan
antara opini publik dan public relations. Dimana Public Relations menggunakan
opini publik untuk dimanipulasi dalam dukungan kepada produk, servis, ide, isu
yang sesuai dengan fakta dan membentuk mutual understanding bahkan kalau bisa
sampai merubah perilaku. Ini juga sesuai dengan teori dimana opini publik
dilihat dari dimensi sosiologi politik yaitu terkait dengan citra dan
peningkatan elektabilitas, menunjukan keterlibatan individu dalam kehidupan
masyarakat, tapi tidak untuk kepentingan politik dalam kasus ini.
Lalu menurut teori opini publik dan
media massa adalah koran kompas memiliki agenda setting yang sangat objektif
dan berbeda dengan media lain dalam penyusunan dan penyajiannya karena tidak
dipengaruhi sama sekali oleh kepentingan bidang lain baik owner maupun pelaku
jurnalis di dalamnya. Sehingga framing yang diberikan kepada publik pun
seimbang dan beragam antara bad news dan netralisasinya, dengan kata lain tidak
mengekspose keburukan subjek yang diangkat tapi juga mengangkat sisi baiknya.
Serta good news yang bermanfaat bagi publik seperti berita olahraga,
mancanegara, pendidikan, ekonomi, dan hiburan.
Kedua menurut R.P.Abelson dalam
bukunya Computers, Poll, and Public Opinion (1968), opini publik itu berkaitan
erat dengan sikap mental, tingkah laku, persepsi, hingga kepercayaan tentang
sesuatu. Dimana salah satu pihak berusaha mengubah itu semua dan menjadikan
objek tujuannya menjadi kepercayaan publik. Dalam kasus ini Kompas Gramedia
berhasil menjadikan koran kompas menjadi sebuah brand yaitu sudah mencapai dan mempertahankan level kepercayaan
dalam masyarakat. Jadi jika dilakukan polling secara acak dengan menanyakan
“sebutkan nama koran di Indonesia yang anda ketahui?” Koran kompas pasti
disebut dan berada diperingkat pertama maupun kedua. Beliau juga menyatakan
bahwa persepsi seseorang dinyatakan dari pengalaman, latar belakang budaya,
nilai yang dianut, dan zaman yang berkembang. Proses ini yang menghasilkan
pendirian seseorang kuat terhadap suatu objek. Jika ini menyebar atau dirasakan
oleh lebih dari satu orang, maka opini ini akan menjadi suatu konsensus
(kesepakatan) dan terkristalisasi jika masyarakat memiliki visi, ide, nilai,
latar belakang, dan tujuan yang sama yang kepentingannya ada dalam objek
tersebut.
Konsep yang digunakan pihak Kompas
untuk mewujudkan ini semua hanya satu yaitu penyusunan dan penyajian berita
yang diberikan kepada publik dari awal berdiri hingga sekarang konsisten dengan
visinya yang netral, transparan, dan menjunjung tinggi asas jurnalistik dan
fungsinya. Sehingga yang dari awal kompas sudah mengesankan pemberitaannya yang
memang sesuai dengan kebutuhan mayarakat, tidak tergoyahkan pada zaman sekarang
dari posisi brand leader karena
konsistensinya. Budaya jawa yang dibawa oleh bapak Jacoeb Oetama selaku owner
dan menurunkannya menjadi iklim organisasi ke seluruh karyawannya juga
memberikan pengaruh terhadap penyajian berita. Budaya jawa yang terkenal santun
juga mempengaruhi dari segi peng-cover-an berita. Sehingga berita segenting
apapun, seburuk apapun, dapat diminimalisir dengan kata-kata yang netral dan soft. Netral disini berarti tidak
mengangkat pihak manapun yang akan diekspose besar-besaran tetapi lebih
seimbang, sedangkan soft adalah dari
kata-kata yang digunakan sehingga tidak ada unsur menyalahkan atau mengecap
satu pihak itu negatif walaupun memang terdapat kesalahan.
Strategi komunikasi yang dilakukan
juga yang paling utama dipengaruhi oleh sang owner, bapak Jacob Oetama yang
adalah seorang keturunan jawa. Sehingga dari komunikasi yang ada didalam
perusahaan, bahkan dari atasan memanggil bawahan atau sebaliknya mereka
menggunakan sapaan “mba” dan “mas”. Sehingga terdapat kesetaraan dan tidak
membedakan jabatan dan semaking mengakrabkan hubungan dan meminimalisir
konflik. Dalam komunikasi eksternal ini dilakukan pada penyajian berita yang
soft, komunikasi kepada stakeholder, sehingga sekalipun ada stakeholder yang
berasal dari luar negri turut larut dalam iklim budaya di Kompas Gramedia. Lalu
komunikasi yang dibawa karyawan kepada masyarakat juga bisa dibilang sangat
“jawa” atau santun sehingga membedakan dengan media lain. Sedangkan untuk
strategi komunikasi yang digunakan dalam membangun opini publik baik untuk perusahaan
kompas sendiri maupun koran kompas nyaris tidak ada karena sudah diwujudkan
dengan sempurna dalam penyajian berita dan masyarakat pun sudah menerima dengan
baik produk kompas itu. Sedangkan untuk strategi komunikasi yang dilakukan pada
produk kompas gramedia yang lain contohnya UMN (Universitas Multimedia
Nusantara) pastinya dengan banyak cara seperi bilboard, brosur, kampus visit,
edufair, dan marketing tools lain. Lalu untuk Kompas TV yang baru saja dibuat,
yaitu dengan mempertahankan visinya yaitu Enlightning People, dengan
tayangan-tayangan yang berbeda dengan media lain yang lebih mengutamakan ilmu
pengetahuan dan keseimbangan program dibandingkan popularitas dan profit dari
iklan.
BAB 3
METODOLOGI
Berdasarkan hasil wawancara saya
dengan salah satu Humas Kompas Gramedia,terutama bidang CSR. Bapak Zaenal
Arifin menyadari bahwa selama 50 tahun ini koran kompas tidak pernah sekalipun
tergeser dari peringkat pertama sebagai koran terbaik. Semua pihak yang
diberitakan di dalamnya maupun yang membaca, sangat simpatik dengan penyajian
berita dan reportase yang dilakukan profesional jurnalistik kompas. Bahkan
masyarakat kelas menengah ke bawah pun mengakui bahwa sebagai distributor koran
kompas cukup menguntungkan ekonomi mereka dengan cepat dalam sehari. Karena
walaupun harganya paling mahal diantara koran lain, tapi orang tetap akan lebih
memilih membaca koran kompas daripada koran lain karena kualitasnya.
Beliau juga mengakui kehebatan
dedikasi dan konsistensi bapak Jacob Oetama dalam membangun dan mendidik para
profesional jurnalis dari tahun ke tahun, sehingga berhasil memiliki kualitas
yang belum dapat tergeser oleh media mana pun setelah berdiri setengah abad.
Sehingga tanpa ada upaya apapun, koran kompas dengan sendirinya berhasil
merangkak naik dan bertahan sebagai market dan brand leader. Opini itu dengan
sendirinya terbentuk di masyarakat, bahwa koran kompas masih menjadi koran
terbaik di Indonesia. Bahkan bagi sebagian orang yang mengenal keadaan luar
negri, koran kompas pun berhasil menembus prestasi sebagai penyajian berita
terbaik di luar negri. Tanpa upaya apapun opini publik itu hingga saat ini
masih bertahan dari generasi ke generasi. Ketangguhannya semakin terlihat
seiring dengan berdirinya media pesaing. Tapi itu tidak mengoyang posisi pertama
koran kompas.
Sayangnya, beliau juga mengakui
bahwa selama 50 tahun Kompas Gramedia belum sekalipun melakukan tanggung jawab
sosial apalagi yang berkelanjutan akibat praktek bisnis perusahaan terutama
terhadap lingkungan. Memang kompas sudah melakukan beberapa upaya penanaman
hutan dan bakau dibeberapa tempat. Tapi sayangnya itu sangat tidak sesuai
dengan profit atau pendapatan yang Kompas dapatkan hanya dari satu unit usaha
saja. Bayangkan dalam 3 hari Kompas Gramedia berhasil mengumpulkan pendapatan
17 miliyar rupiah dari seluruh unit usaha. Itu berarti diperkirakan dari
penjualan koran di seluruh Indonesia saja, Kompas Gramedia berhasil mendapatkan
puluhan juta rupiah. Sebaliknya, berarti dampak negatif terutama terhadap
lingkungan untuk bahan baku produksi koran sangatlah besar dalam sehari saja.
Dan global warming terus meningkat akibat itu. Itu berarti Kompas Gramedia ikut
berperan dalam peningkatan dampak negatif global warming. Sayangnya, perusahaan
lain dalam bidang yang sama terutama kertas, sudah lebih dulu mewujudkan
tanggung jawab sosial terutama perbaikan lingkungan. Sebut saja Sinarmas (pulp
and paper). Jangan membandingkan kejelekan ini dengan media lain, tetapi
alangkah baiknya kalau kita berusaha untuk lebih proaktif dan bergerak lebih
dulu.
Beliau menyadari bahwa semakin lama,
publik juga akan semakin menuntut perusahaan-perusahaan untuk cepat melakukan
perbaikan lingkungan. Dan cepat atau lambat, Kompas Gramedia pun akan mendapat
tuntutan itu. Apalagi sekarang sudah banyak LSM yang berdiri dan berstandar
nasional resmi bahkan internasional yang kapan saja siap membuat perusahaan
kelabakan. Ini diperparah dengan fakta bahwa Kompas belum sama sekali melakukan
CSR lingkungan ini. Pertama, jika ini diangkat LSM, dan media lain mengangkatnya
juga, maka ini bisa menjatuhkan perusahaan langsung karena mata publik akan
terbuka. Kedua ini akan langsung dimanfaatkan media lain untuk mengambil alih
posisi dihati publik dengan melakukan CSR secepatnya.
Sehingga kalau ini dibaratkan
sebagai sebuah cerita dalam novel, inilah klimaksnya. Dimana masalah dalam
cerita ini semakin rumit dan harus cepat diselesaikan oleh tokoh yaitu kompas
untuk menyelamatkan produk, posisi brand, dan nama baik serta kelangsungan
hidup perusahaan dimata publik. Klimaks ini akan turun dan mereda jika sudah
ada CSR yang dilakukan yang tentunya sesuai dengan standar ISO 26.000. Jika
publik sudah melihat ini, bahkan sampai ke luar Indonesia bahkan yakinlah bahwa
Kompas Gramedia tidak akan tergiyahkan bahkan untuk seluruh unit usahanya akan
langsung mendapat respect dari
seluruh masyarakat bahkan dunia.
Menurut beliau, untuk sampai standar
ISO 26.000, secara pribadi beliau belum ada usaha untuk sampai ke situ.
Sehingga program CSR yang akan dilakukannya tahun ini seperti Taman Bacaan yang
rencananya akan diadakan merata di seluruh Indonesia. Merupakan program CSR
yang cukup besar dampaknya tapi tidak sebesar standar ISO. Diharapkan, para
ahli CSR dapat menilai CSR baru kami ini minimal memenuhi 50% standar ISO
26.000. Lalu mereka juga mengharapkan mahasiswa pemerhari seperti kami, yang
akan menganalisa kekurangan apa yang harus diperbaiki dan program berkelanjutan
ke depan sehingga semakin mendekati standar ISO 26.000.
Dalam kasus ini menunjukan bahwa
begitu peran media massa yang sangat besar sehingga sangat mudah mengubah
pemikiran, sikap, budaya, dan kepercayaan masyarakat dari tahun ke tahun. Ini
terjadi pada koran kompas yang dari tahun ke tahun konsisten dengan
kredibilitas dan netralnya dalam penyajian berita sehingga terbentuklah sikap
percaya masyarakat kepada koran kompas dalam mengupas tuntas hal-hal terkait
pemerintah dan nasib rakyat Indonesia. Sehingga munculah budaya masyarakat yang
sampai saat ini percaya bahwa kompas masih menjadi media cetak paling baik dan
netral di Indonesia. Walaupun ciri komunikasi massa salah satunya
komunikatornya adalah sebuah lembaga atau organisasi. Inilah kunci kesuksesan
dan kredibilitas Kompas Gramedia dalam penyajian berita. Kompas Gramedia tidak
memiliki keberpihakan kemana pun apalagi kepentingan politik.
Media massa juga bisa merubah trend
masyarakat kapan pun mereka mau. Zaman sekaran, semakin seringnya media massa
mem-blow-up berita tentang global
warming, menjadikan perubahan budaya dan praktek bisnis dalam seluruh
perusahaan di Indonesia bahkan dunia. Dengan semakin terasanya dampak negatif
dari global warming, maka praktek bisnis perusahaan terutama yang berdampak
langsung pada lingkungan. Dituntut mengembalikan sumber daya alam dan
bertanggung jawab mengurangi praktek bisnisnya atau melakukan CSR lingkungan.
Dengan semakin bermunculannya berita dan tuntuan dari berbagai pihak kepada
perusahaan. Ini juga bisa mengikis kejayaan Kompas Gramedia di mata masyarakat
jika tidak melakukan CSR lingkungan secepatnya. Karena bahan baku kertas
merupakan bahan utama dalam praktek bisnis perusahaan. Ini bukti bahwa bagaimana
media massa dan proses komunikasi massa yang seperti gunung, bisa mengangkat
tinggi sebuah objek, tapi juga bisa membanting objek tersebut keterpurukan.
BAB 4
PEMBAHASAN
Hal-hal yang kompas gramedia dalam
pembentukan opini bahwa Koran kompas dan media kompas lainnya adalah media
tebaik di Indonesia hanyalah konsisten dalam penyajian berita dan program
acara. Nyaris tak ada upaya berarti selain konsistensis profesionalisme
jurnalis dan sang owner dalam membentuk budaya dan menanamkannya dari generasi
ke generasi. Sehingga walaupun karyawan setiap tahun banyak yang baru dari
segala bidang perusahaan, tampa susah payah mampu mengikuti iklim budaya yang
sudah ada. Seiring dengan perkembangan zaman dan munculnya banyak pesaing media
lain dengan berbagai kepentingan di dalamnya tidak membuat Kompas tergiur
mengikutinya, itulah budaya yang ditanamkan kepada seluruh karyawan terutama
para professional jurnalisnya tentunya ditambah dengan hukuman dari perusahaan
bila melanggar. Kisruh politik di Indonesia dan pencarian kekuasaan oleh
berbagai pihak juga tidak membuat konsistensi Kompas bergeming.
Sejak berdirinya Koran kompas, dan
seiring berjalannya waktu, kompas gramedia hingga saat ini berhasil membentuk
kepercayaan di masyarakat tanpa disadari masyarakat itu sendiri. Ini terbukti
dari hasil survey jika kita bertanya sebutkan 2 koran terbaik di Indonesia,
Koran kompas pasti disebut untuk seluruh kalangan masyarakat. Sedangkan untuk
kalangan terpelajar, Koran kompas menjadi satu-satunya Koran netral dan objektif
dalam penyajian berita karena tidak adanya kepentingan baik politik, ekonomi,
maupun bidang lain. Dengan hasil ini, bias disimpulkan bahwa upaya pembentukan
opini public oleh kompas gramedia agar dicitrakan sebagai media terbaik di
Indonesia, berhasil sempurna bahkan bertahan lama.
Sayangnya ini akan memudar bahkan
hilang jika tidak segera diperbaharui atau diperbaiki terutama pada praktek
bisnis perusahaan. Karena seiring perkembangan zaman, pemikiran manusia pun
berubah seiring dengan perkembangan lingkungan yang berubah. Trend saat ini
yang membahayakan bagi seluruh perusahaan adalah Global Warming, dan obat penyembuh
hanyalah CSR Lingkungan. Dengan eksistensi kompas yang sudah terbaik, dan
pendapatan dari seluruh unit usaha perusahaan yang sangatlah besar, tidak akan
sulit membangun opini publik dengan tema baru sesuai dengan trend dan keadaan
zaman saat ini.
BAB 5
PENUTUP
Kesimpulannya adalah sebuah perusahaan dalam
memasarkan sebuah produk barunya pastinya dengan cirri khas yang beda dengan
perusahaan lain, agar mudah diingat dan diterima. Kompas Gramedia pertama kali
meluncurkan Koran sebagai media cetak pertama di Indonesia, langsung mendapat
tempat di hati masyarakat karena media cetak pertama, dan kredibilitasnya dalam
penyajian berita. Maka produk tersebut akan berubah menjadi brand dengan kepercayaan di masyarakat
dan budaya yang sudah melekat, seperti pertanyaan, media cetak terbaik di
Indonesia dan sebagainya. Lalu dalam membangun opini publik sebagai media
terbaik di Indonesia, Koran kompas hanya cukup konsisten dalam penyajian
beritanya yang netral dan objektif dan tidak terpengaru dengan keadaan zaman di
Indonesia yang berbeda-beda dan berbagai kepentingan oleh media dan lembaga
tertentu.
Seiring
dengan perkembangan zaman, walaupun sebuah perusahaan sudah sukses menjadi
leader di pasar, tetap harus membuat program baru sesuai dengan trend dan
tuntuan zama. Dan tuntutan zaman yang paling sesuai dengan kompas gramedia
adalah global warming. Ini diperparah dengan praktek bisnis Kompas Gramedia
yang bahan baku utama produksinya adalah kertas dan memerlukan batang pohon
yang sangat banyak. Sementara perbandingan reboisasi dan pertumbuhan hutan baru
dengan penebangan pohon sangat jauh. Ditambah suhu bumi semakin memanas, LSM
semakin kritis dan mengkritik perusahaan dan media lain dapat saja
mengangangkat ini untuk menjatuhkan pesaingnya. Maka itu diharapkan kompas
gramedia mulai membuat program atau memulai praktek bisnis perusahaan yang
mementingkan sumber daya lingkungan terutama hutan. Untuk mempertahankan opini
publik lama dan membangun opini publik baru yang membuat perusahaan jauh lebih
baik ke depan.
Sumber Referensi :
Ruslan, Rosady. 2006. Manajemen Public Relations Seri
ke-5 dan Media Komunikasi. Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada.
Abelson, R.P. 1968. Computers, Poll, and Public
Opinion.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar