Jumat, 21 Juni 2013

Tugas Akhir Mata Kuliah Opini Publik - Dosen : Bpk. FX.Lilik Dwi Mardjianto, S.S, M.A


 TUGAS AKHIR OPINI PUBLIK
  
  PRODUK, OPINI PUBLIK, BRAND, dan CSR
KOMPAS GRAMEDIA


Nama : Angela Limawan
NIM : 11140110033
Fakultas : Komunikasi / Public Relations 2011

 

UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA
2013

Setiap perusahaan dalam merancang praktek bisnisnya dan produk yang akan disampaikan kepada masyarakat tentu memiliki standar harapan yang mereka ingin publik mengerti dan menerima produknya sehingga menjadi persepsi positf bagi perusahaan tersebut. Hal yang perusahaan sampaikan kepada publik bukan hanya produk atau jasa yang akan dijualnya tapi juga praktek bisnis/tata kelola perusahaan yang juga diperlihatkan karena itu akan membantu citra produk mereka terangkat. Maka dari itu hal utama yang akan sebuah perusahaan lakukan adalah menetapkan visi misi baik bagi produknya maupun praktek bisnisnya. Lalu mereka akan mulai menjual produknya di masyarakat.
            Seiring berjalannya waktu, publik akan mengenal produk suatu perusahaan. Tentunya mereka juga akan mulai menyadari perbedaan produk baru ini dengan produk dari perusahaan lain. Itu berarti mereka sudah mengerti dan menerimanya. Dengan sendirinya reputasi perusahaan pun mulai terbentuk yang tercermin dari produknya. Tapi untuk sebuah kelangsungan hidup perusahaan ini saja tidak cukup. Seiring berjalannya waktu dan semakin besarnya pertumbuhan suatu perusahaan,jika ingin mendapatkan apresiasi yang lebih besar lagi dari publik, perusahaan tetap dituntut untuk konsisten mempertahankan visi-misinya dan terus berinovasi. Dalam inovasi inilah perusahaan berusaha mencari apa yang menjadi kebutuhan publik agar produknya sesuai dan dapat diterima bahkan diingat dan menjadi brand. Proses inovatif inilah yang saya namakan analisis pembentukan opini publik oleh sebuah perusahaan. Setelah produk itu berhasil menjadi suatu brand dimata masyarakat, perusahaan tetap dituntut untuk mempertahankannya dengan melakukan berbagai praktek bisnis yang baru. Sesuai dengan keadaan Indonesia saat ini, yang dibutuhkan perusahaan untuk mempertahakan brand mereka adalah melakukan Program CSR.
            Saya akan mengangkat KOMPAS GRAMEDIA. Bagaimana Kompas Gramedia pertama kali mengeluarkan produk pertamanya yaitu koran yang sekarang setelah 50 tahun konsisten menjadi brand leader dan market leader di Indonesia. Dan spesifikasi pembahasan hanya pada poduk media cetak atau koran saja.

BAB 1
LATAR BELAKANG
Latar Belakang Kompas Gramedia
1.      Tahun 1963 :
Terbitnya majalah bulanan Intisari pada tanggal 17 Agustus 1963 oleh Petrus Kanisius (PK) Ojong dan Jakob Oetama (JO), bersama J. Adisubrata dan Irawati SH. Majalah bulanan  Intisari bertujuan memberikan bacaan untuk membuka cakrawala bagi masyarakat Indonesia. Tahun 1965 hampir 3 tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 28 Juni 1965, diterbitkan Surat Kabar KOMPAS. Tahun 1971 perusahaan mendirikan Percetakan Gramedia di Jalan Palmerah Selatan dan menerbitkan koran dari pagi hari.
2.      Tahun 1972 : Hampir bersamaan dengan mulai beroperasinya Percetakan Gramedia, pada tahun yang sama didirikan unit bisnis Radio Sonora, berkedudukan di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat. Tahun 1973 : Untuk mengisi kekosongan bacaan khusus anak-anak, diterbitkanlah majalah anak-anak Bobo pada tanggal 14 April 1973. Usaha di bidang majalah ini kemudian semakin berkembang dan merambah ke segmen remaja, wanita, pria, otomotif, pengetahuan, teknologi dan umum, yang semuanya tergabung dalam unit bisnis Kelompok Majalah.
3.      Pada tahun 1974 didirikan unit bisnis PT Gramedia Pustaka Utama (GPU) sebagai penerbit buku umum. Pada 15 Januari 1975 didirikan unit usaha khusus untuk menerbitkan buku-buku elektronik, buku komputer, yang kemudian juga merambah ke buku-buku komik, yaitu PT Elexmedia Komputindo.  Pada tahun 1976, Kompas Gramedia mendirikan unit bisnis PT Gramedia Film.
4.      Tahun 1981 Perusahaan juga melakukan diversifikasi usaha di luar core business dengan membangun unit bisnis perhotelan, yang dimulai dengan didirikannya PT Grahawita Santika (PT GWS) pada tanggal 22 Agustus 1981. Tahun 1984 Kompas Gramedia kembali mengembangkan produk yang dimilikinya dengan menerbitkan rubrik BOLA pada tanggal 3 Maret 1984 sebagai sisipan harian KOMPAS setiap hari Jumat. Pada tahun 1987, Kompas Gramedia mengambil-alih kepemilikan perusahaan penerbitan harian Sriwijaya Post di Palembang.
5.      Tahun 1988 : Diversifikasi usaha kembali dilakukan oleh Kompas Gramedia dengan pendirian PT Graha Kerindo Utama (GKU) pada tahun 1988, sebagai perusahaan converting tissue berkualitas dengan brand Tessa dan Multi. Lalu menerbitkan Tabloid KONTAN, yang terbit pertama kali pada tanggal 27 September 1996. 
6.      Tahun 1998 : Harian KOMPAS membuat versi online dari harian KOMPAS cetak yang disebut Kompas Online dengan alamat http://www.kompas.com. Tahun 1999 Menererbitkanlah Harian Warta Kota, tepatnya pada tanggal 3 Mei 1999. Tahun 2000 : Mendirikannya PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh, tepatnya pada tanggal 22 Maret 2000, yang pada waktu itu dikenal dengan sebutan TV7.
7.      Tahun 2005 : Mendirikan Universitas Multimedia Nusantara (UMN) yang dikelola oleh Yayasan Media Informasi Kompas Gramedia. UMN merupakan sebuah lembaga perguruan tinggi dengan teknologi informasi dan komunikasi sebagai dasar dalam setiap proses belajar mengajar.
8.      Tahun 2009 : Pada awal tahun 2009 media elevise mulai dijajagi kembali. Kompas Gramedia Television (KOMPAS GRAMEDIA TV) menjadi kendaraan perusahaan untuk menjalankan bisnis di elevise yang dimulai dengan pembentukan proyek KOMPAS GRAMEDIATV pada awal Oktober 2009. 
Sumber : www.google.com/website KOMPAS GRAMEDIA.

Seperti apa awal opini publik terhadap produk dan perusahaan Kompas Gramedia?
            Awal ditrbitkannya koran kompas memang pada zaman era orde lama dimana kondisi politik Indonesia yang masih kacau pasca kemerdekaan. Ditambah lagi masalah komunisme yaitu PKI dan keterlibatan Soekarno di dalamnya memperkeruh suasana. Tapi setiap pemberitaan yang dikeluarkan Kompas, sangat membantu publik dalam mengetahui keadaan negaranya setiap hari terutama bidang politik dan ekonomi. Sejak awal koran kompas sudah melaksanakan tanggung jawab jurnalistiknya yang saat ini sudah ditetapkan dalam undang-undang negara. Yaitu pertama menjadi pengawas dalam pemerintahan negara dan memberikan segala informasi kepada masyarakat tentang kinerja pemerintah. Dan menjadi jembatan aspirasi masyarakat kepada pemerintah untuk terbentuknya atau perubahan suatu kebijakan. Sehingga koran kompas menjadi media cetak pertama di Indonesia dan langsung diterima di masyarakat. Bahkan karena sifat netralnya dan transparansi pemberitaan tentang pemerintah kala itu yang ternyata dianggap sebuah ancaman kekuasaan. Koran kompas dalam pemberitaan, pada 1968 koran kompas pun dibredel pada kekuasaan Soeharto.
            Setelah runtuhnya era Soeharto dan koran kompas kembali beraktivitas, koran kompas pun tetap tidak merubah pedoman netralnya dan transparansi dalam pemberitaannya. Saat ini setelah munculnya berbagai media cetak dari perusahaan lain, tidak menggeser koran kompas sebagai market leader dan brand leader. Karena media lain, salah satu contohnya Media Indonesia. Dimiliki oleh Surya Paloh yang kita tahu pernah menjabat sebagai anggota Partai Golkar dan saat ini beliau Ketua Umum dari Partai Nasional Demokrat. Dan masih banyak lagi pemilik media yang merupakan pelaku politik dan mengejar jabatan dewan di pemerintahan. Tentu media miliknya akan dikendalikan akibat kepentingan owner. Sehingga framing dan agenda setting yang dibuat dan dikeluarkan dalam produk mereka sudah berbau isu kepentingan sang owner dan tidak netral apalagi transparan. Misalnya menjatuhkan atau menjelek-jelekan partai lain menjelang pemilu, walaupun pemberitaannya merupakan fakta tapi ekspose yang berlebihan tujuannya bukan untuk menginformasikan hal-hal politis kepada publik melainkan menginformasikan keburukan “pesaing sang owner” kepada publik untuk satu tujuan yaitu memenangkan pemilu atau menurunkan elektabilitas pesaing.
            Selain itu kepentingan lain yang dimanfaatkan pemilik media dan pelaku jurnalistik untuk mendapatkan profit lebih dan mengesampingkan kualitas pemberitaan dan etika di dalamnya adalah iklan dan kerjasama. Jika banyak yang baca atau beli, produk laku, maka iklan pun berdatangan. Maka hiburan dan bad news yang memang lebih disukai masyarakat akan jauh lebih banyak tersedia di media dari pada good news. Ketidakseimbangan ini akan berdampak besar bagi segala bidang dan kalangan terutama pemikiran masyarakat. Contoh salah satu dampak negatif terlalu banyaknya bad news dibanding good news adalah hilangnya rasa cinta tanah air oleh pemuda berendidikan yang sudah mengerti arti pemberitaan karena merasa negaranya sangat buruk. Mereka akan mencari tahu, dan jika itu benar mereka bisa saja meninggalkan negara ini dan lebih memilih menetap di negara lain. Maka Indonesia akan kehilangan banyak pemuda berprestasi yang sebenarnya diperlukan untuk kelangsungan hidup bangsa ini.
            Ini semua tidak dilakukan dan tidak dapat ditemukan di dalam harian kompas. Pertama tidak adanya keberpihakan dalam pemberitaan bukan karena owner Kompas Gramedia tidak terjun ke dunia politik karena dari awal komitmen perusahaan adalah bersikap netral. Kedua adalah pemberitaan yang berimbang antara bad news dan good news. Bahkan analisa saya terhadap pemberitaan kompas dari produk lain yaitu kompas.com mereka jauh lebih banyak mengekspose good news dari segala bidang daripada bad news. Ini terjadi karena sejak awal visi perusahaan adalah Enlightning People. Yaitu mencerahkan masyarakat dan membantu negara memperbaiki kualitas hidup sumber daya manusia Indonesia.
            Ini semua tercermin dari pemberitaan dalam koran kompas. Sehingga untuk masyarakat menengah ke atas yang berpendidikan akan jauh lebih memilih membaca koran kompas daripada yang lain karena netral, karena sifat netral itulah pemberitaannya bersifat objektif dan transparan. Sedangkan untuk kalangan menengah ke bawah yang kurang “melek media” juga lebih diuntungkan saat menjual koran kompas karena lebih laku dan harganya yang paling mahal sehingga dari segi ekonomi cukup tinggi nilainya. Dia juga telah menjadi brand leader sejak awal di Indonesia dan belum tergeser.

Mengapa opini ini dipilih dan diangkat?
            Pertama karena saya ingin mengangkat kehebatan Kompas Gramedia dalam kosnistensinya dalam mempertahankan posisi brand leader selama 50 tahun tanpa tergoyahkan walaupun sekarang sudah banyak media lain dan produk lain. Padahal ternyata dalam wawancara saya dengan salah satu humas Kompas Gramedia, bapak Zaenal Arifin beberapa waktu lalu. Kompas Gramedia tidak ada program khusus yang pernah dilaksanakan untuk mempromosikan produknya atau membangun awarenes bahkan acceptence publik untuk mendapatkan posisi ini. Beliau berpendapat bahwa faktor penting yang didapatkan Kompas Gramedia saat ini dari dulu adalah pertama faktor keberuntungan. Mengapa? Karena Kompas menjadi koran pertama di Indonesia sejak zaman orde lama yang berani dengan tegas bersebrangan dengan pemerintah dan transparan, bahkan hingga dibredel pada orde baru. Sehingga publik nasional telah melihat bahwa Kompas satu-satunya media cetak yang berani menentang pemerintah untuk kepentingan masyarakarat. Dan ini dipertahankan terutama ketidakberpihakan sebuah media kepada kelompok atau individu tertentu. Walau masyarakat menengah ke bawah sekalipun dapat melihat bagaimana sepak terjang dan pemberitaan yang diberikan Kompas adalah murni.
            Ini juga diperkuat dengan kualitas SDM Kompas yang memiliki level terbaik dalam jurnalistiknya. Nama-nama wartawan unggulan berperan penting di dalamnya. Bukan hanya skill yang mereka gunakan tapi juga pengalaman mereka bahkan ada wartawa yang pernah mengalami zaman orde lama, orde baru, dan orde reformasi. Sehingga objektivitas dalam pembuatan dan penyajian suatu berita sangat nyata tanpa bumbu lain dan 7 deathly sense bagi wartawan sudah mereka wujudkan semua dalam prakteknya.
            Kedua karena zaman berubah seiring juga dengan perkembangan diberbagai bidang dan pemikiran masyarakat. Dan zaman sekarang adalah era dimana setiap perusahaan harus bertanggung jawab bukan hanya pada sumber daya manusia saja tetapi juga pada lingkungan. Apalagi sejak tahun 2000, isu global warming sudah mencuat dan semua perusahaan segala bidang dituntut untuk mempertanggung jawabkan praktek bisnisnya terhadap lingkungan. Kompas sendiri kita tahu bahwa pendapatan dan praktek bisnis utamanya adalah koran dan buku yang berbahan baku kertas. Sangat relevan jika kita sandingkan praktek bisnis Kompas ini dengan isu global warming yang makin hari makin mencuat. Dan dampak negatifnya terhadap bumi semakin besar.
            Mengapa ini menjadi pembahasan? Karena walaupun Kompas sudah menjadi brand dan selama ini belum pernah sekalipun mengalami krisis apalagi yang berhubungan dengan lingkungan, tapi tetap saja Kompas harus segera bertindak untuk meminimalisasikan isu ini menjadi suatu serangan ke perusahaan dan menjadi krisis yang fatal.

BAB 2
KERANGKA KONSEP
            Pertama mari kita mulai dengan apa itu opini publik. Opini sendiri adalah sebuah pendapat seseorang yang dinyatakan atau tidak tapi diwujudkan dalam tindakan. Berdasarkan teori koherensi jika pendapat satu orang sama dengan pendapat orang lain, baru bisa dikatakan opini. Dalam kasus ini, semua orang sepakat bahwa koran kompas adalah koran yang berbeda dengan koran lain karena di dalamnya tidak ada kepentingan politik atau ekonomi. Menurut teori korespondensi, jika pendapat itu sesuai dengan fakta barulah pendapat itu bisa disebut sebuah opini. Dalam kasus ini, pendapat masyarakat tentang koran kompas yang netral dan transparansi serta berimbang dalam penyajian berita, sesuai dengan fakta yang bisa ditemui disetiap berita dan konsistensinya.
            Berdasarkan teori, salah satu ciri dari opini publik yang dibangun Kompas Gramedia adalah isu yang menjadi pembahasan berhubungan dengan kepentingan publik, dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku publik yang dalam kasus ini sudah terjadi perubahan bahkan kepercayaan akibat berhasilnya pembangunan opini publik ini. Sedangkan elemen lain seperi isu yang diangkat yaitu citra Kompas Gramedia dari salah satu produknya yaitu koran. Publik sendiri yaitu masyarakat Indonesia. Opini yaitu visi perusahaan yang menjadi media netral, transparan, dan dari awal hingga saat ini adalah sebagai media dia menjalankan tanggung jawabnya yaitu mediasi atau institusi sosial yang menjadi jembatan penyampai aspirasi publik kepada pemerintah dan pengawas pemerintahan negara. Sehingga dengan melaksankan dua tanggung jawab ini, berarti Kompas Gramedia sebagai media sudah sejalan dengan kemauan dan kebutuhan publik dan memenuhinya sehingga penerimaan publik terhadap Kompas bertahan lama karena konsistensi yang mereka bangun. Media yang digunakan hanyalah promosi dan penjualan produk untuk pembuktian.
            Lalu teori lain adalah hubungan antara opini publik dan public relations. Dimana Public Relations menggunakan opini publik untuk dimanipulasi dalam dukungan kepada produk, servis, ide, isu yang sesuai dengan fakta dan membentuk mutual understanding bahkan kalau bisa sampai merubah perilaku. Ini juga sesuai dengan teori dimana opini publik dilihat dari dimensi sosiologi politik yaitu terkait dengan citra dan peningkatan elektabilitas, menunjukan keterlibatan individu dalam kehidupan masyarakat, tapi tidak untuk kepentingan politik dalam kasus ini.
            Lalu menurut teori opini publik dan media massa adalah koran kompas memiliki agenda setting yang sangat objektif dan berbeda dengan media lain dalam penyusunan dan penyajiannya karena tidak dipengaruhi sama sekali oleh kepentingan bidang lain baik owner maupun pelaku jurnalis di dalamnya. Sehingga framing yang diberikan kepada publik pun seimbang dan beragam antara bad news dan netralisasinya, dengan kata lain tidak mengekspose keburukan subjek yang diangkat tapi juga mengangkat sisi baiknya. Serta good news yang bermanfaat bagi publik seperti berita olahraga, mancanegara, pendidikan, ekonomi, dan hiburan.
            Kedua menurut R.P.Abelson dalam bukunya Computers, Poll, and Public Opinion (1968), opini publik itu berkaitan erat dengan sikap mental, tingkah laku, persepsi, hingga kepercayaan tentang sesuatu. Dimana salah satu pihak berusaha mengubah itu semua dan menjadikan objek tujuannya menjadi kepercayaan publik. Dalam kasus ini Kompas Gramedia berhasil menjadikan koran kompas menjadi sebuah brand yaitu sudah mencapai dan mempertahankan level kepercayaan dalam masyarakat. Jadi jika dilakukan polling secara acak dengan menanyakan “sebutkan nama koran di Indonesia yang anda ketahui?” Koran kompas pasti disebut dan berada diperingkat pertama maupun kedua. Beliau juga menyatakan bahwa persepsi seseorang dinyatakan dari pengalaman, latar belakang budaya, nilai yang dianut, dan zaman yang berkembang. Proses ini yang menghasilkan pendirian seseorang kuat terhadap suatu objek. Jika ini menyebar atau dirasakan oleh lebih dari satu orang, maka opini ini akan menjadi suatu konsensus (kesepakatan) dan terkristalisasi jika masyarakat memiliki visi, ide, nilai, latar belakang, dan tujuan yang sama yang kepentingannya ada dalam objek tersebut.
            Konsep yang digunakan pihak Kompas untuk mewujudkan ini semua hanya satu yaitu penyusunan dan penyajian berita yang diberikan kepada publik dari awal berdiri hingga sekarang konsisten dengan visinya yang netral, transparan, dan menjunjung tinggi asas jurnalistik dan fungsinya. Sehingga yang dari awal kompas sudah mengesankan pemberitaannya yang memang sesuai dengan kebutuhan mayarakat, tidak tergoyahkan pada zaman sekarang dari posisi brand leader karena konsistensinya. Budaya jawa yang dibawa oleh bapak Jacoeb Oetama selaku owner dan menurunkannya menjadi iklim organisasi ke seluruh karyawannya juga memberikan pengaruh terhadap penyajian berita. Budaya jawa yang terkenal santun juga mempengaruhi dari segi peng-cover-an berita. Sehingga berita segenting apapun, seburuk apapun, dapat diminimalisir dengan kata-kata yang netral dan soft. Netral disini berarti tidak mengangkat pihak manapun yang akan diekspose besar-besaran tetapi lebih seimbang, sedangkan soft adalah dari kata-kata yang digunakan sehingga tidak ada unsur menyalahkan atau mengecap satu pihak itu negatif walaupun memang terdapat kesalahan.
            Strategi komunikasi yang dilakukan juga yang paling utama dipengaruhi oleh sang owner, bapak Jacob Oetama yang adalah seorang keturunan jawa. Sehingga dari komunikasi yang ada didalam perusahaan, bahkan dari atasan memanggil bawahan atau sebaliknya mereka menggunakan sapaan “mba” dan “mas”. Sehingga terdapat kesetaraan dan tidak membedakan jabatan dan semaking mengakrabkan hubungan dan meminimalisir konflik. Dalam komunikasi eksternal ini dilakukan pada penyajian berita yang soft, komunikasi kepada stakeholder, sehingga sekalipun ada stakeholder yang berasal dari luar negri turut larut dalam iklim budaya di Kompas Gramedia. Lalu komunikasi yang dibawa karyawan kepada masyarakat juga bisa dibilang sangat “jawa” atau santun sehingga membedakan dengan media lain. Sedangkan untuk strategi komunikasi yang digunakan dalam membangun opini publik baik untuk perusahaan kompas sendiri maupun koran kompas nyaris tidak ada karena sudah diwujudkan dengan sempurna dalam penyajian berita dan masyarakat pun sudah menerima dengan baik produk kompas itu. Sedangkan untuk strategi komunikasi yang dilakukan pada produk kompas gramedia yang lain contohnya UMN (Universitas Multimedia Nusantara) pastinya dengan banyak cara seperi bilboard, brosur, kampus visit, edufair, dan marketing tools lain. Lalu untuk Kompas TV yang baru saja dibuat, yaitu dengan mempertahankan visinya yaitu Enlightning People, dengan tayangan-tayangan yang berbeda dengan media lain yang lebih mengutamakan ilmu pengetahuan dan keseimbangan program dibandingkan popularitas dan profit dari iklan.

BAB 3
METODOLOGI
            Berdasarkan hasil wawancara saya dengan salah satu Humas Kompas Gramedia,terutama bidang CSR. Bapak Zaenal Arifin menyadari bahwa selama 50 tahun ini koran kompas tidak pernah sekalipun tergeser dari peringkat pertama sebagai koran terbaik. Semua pihak yang diberitakan di dalamnya maupun yang membaca, sangat simpatik dengan penyajian berita dan reportase yang dilakukan profesional jurnalistik kompas. Bahkan masyarakat kelas menengah ke bawah pun mengakui bahwa sebagai distributor koran kompas cukup menguntungkan ekonomi mereka dengan cepat dalam sehari. Karena walaupun harganya paling mahal diantara koran lain, tapi orang tetap akan lebih memilih membaca koran kompas daripada koran lain karena kualitasnya.
            Beliau juga mengakui kehebatan dedikasi dan konsistensi bapak Jacob Oetama dalam membangun dan mendidik para profesional jurnalis dari tahun ke tahun, sehingga berhasil memiliki kualitas yang belum dapat tergeser oleh media mana pun setelah berdiri setengah abad. Sehingga tanpa ada upaya apapun, koran kompas dengan sendirinya berhasil merangkak naik dan bertahan sebagai market dan brand leader. Opini itu dengan sendirinya terbentuk di masyarakat, bahwa koran kompas masih menjadi koran terbaik di Indonesia. Bahkan bagi sebagian orang yang mengenal keadaan luar negri, koran kompas pun berhasil menembus prestasi sebagai penyajian berita terbaik di luar negri. Tanpa upaya apapun opini publik itu hingga saat ini masih bertahan dari generasi ke generasi. Ketangguhannya semakin terlihat seiring dengan berdirinya media pesaing. Tapi itu tidak mengoyang posisi pertama koran kompas.
            Sayangnya, beliau juga mengakui bahwa selama 50 tahun Kompas Gramedia belum sekalipun melakukan tanggung jawab sosial apalagi yang berkelanjutan akibat praktek bisnis perusahaan terutama terhadap lingkungan. Memang kompas sudah melakukan beberapa upaya penanaman hutan dan bakau dibeberapa tempat. Tapi sayangnya itu sangat tidak sesuai dengan profit atau pendapatan yang Kompas dapatkan hanya dari satu unit usaha saja. Bayangkan dalam 3 hari Kompas Gramedia berhasil mengumpulkan pendapatan 17 miliyar rupiah dari seluruh unit usaha. Itu berarti diperkirakan dari penjualan koran di seluruh Indonesia saja, Kompas Gramedia berhasil mendapatkan puluhan juta rupiah. Sebaliknya, berarti dampak negatif terutama terhadap lingkungan untuk bahan baku produksi koran sangatlah besar dalam sehari saja. Dan global warming terus meningkat akibat itu. Itu berarti Kompas Gramedia ikut berperan dalam peningkatan dampak negatif global warming. Sayangnya, perusahaan lain dalam bidang yang sama terutama kertas, sudah lebih dulu mewujudkan tanggung jawab sosial terutama perbaikan lingkungan. Sebut saja Sinarmas (pulp and paper). Jangan membandingkan kejelekan ini dengan media lain, tetapi alangkah baiknya kalau kita berusaha untuk lebih proaktif dan bergerak lebih dulu.
            Beliau menyadari bahwa semakin lama, publik juga akan semakin menuntut perusahaan-perusahaan untuk cepat melakukan perbaikan lingkungan. Dan cepat atau lambat, Kompas Gramedia pun akan mendapat tuntutan itu. Apalagi sekarang sudah banyak LSM yang berdiri dan berstandar nasional resmi bahkan internasional yang kapan saja siap membuat perusahaan kelabakan. Ini diperparah dengan fakta bahwa Kompas belum sama sekali melakukan CSR lingkungan ini. Pertama, jika ini diangkat LSM, dan media lain mengangkatnya juga, maka ini bisa menjatuhkan perusahaan langsung karena mata publik akan terbuka. Kedua ini akan langsung dimanfaatkan media lain untuk mengambil alih posisi dihati publik dengan melakukan CSR secepatnya.
            Sehingga kalau ini dibaratkan sebagai sebuah cerita dalam novel, inilah klimaksnya. Dimana masalah dalam cerita ini semakin rumit dan harus cepat diselesaikan oleh tokoh yaitu kompas untuk menyelamatkan produk, posisi brand, dan nama baik serta kelangsungan hidup perusahaan dimata publik. Klimaks ini akan turun dan mereda jika sudah ada CSR yang dilakukan yang tentunya sesuai dengan standar ISO 26.000. Jika publik sudah melihat ini, bahkan sampai ke luar Indonesia bahkan yakinlah bahwa Kompas Gramedia tidak akan tergiyahkan bahkan untuk seluruh unit usahanya akan langsung mendapat respect dari seluruh masyarakat bahkan dunia.
            Menurut beliau, untuk sampai standar ISO 26.000, secara pribadi beliau belum ada usaha untuk sampai ke situ. Sehingga program CSR yang akan dilakukannya tahun ini seperti Taman Bacaan yang rencananya akan diadakan merata di seluruh Indonesia. Merupakan program CSR yang cukup besar dampaknya tapi tidak sebesar standar ISO. Diharapkan, para ahli CSR dapat menilai CSR baru kami ini minimal memenuhi 50% standar ISO 26.000. Lalu mereka juga mengharapkan mahasiswa pemerhari seperti kami, yang akan menganalisa kekurangan apa yang harus diperbaiki dan program berkelanjutan ke depan sehingga semakin mendekati standar ISO 26.000.
            Dalam kasus ini menunjukan bahwa begitu peran media massa yang sangat besar sehingga sangat mudah mengubah pemikiran, sikap, budaya, dan kepercayaan masyarakat dari tahun ke tahun. Ini terjadi pada koran kompas yang dari tahun ke tahun konsisten dengan kredibilitas dan netralnya dalam penyajian berita sehingga terbentuklah sikap percaya masyarakat kepada koran kompas dalam mengupas tuntas hal-hal terkait pemerintah dan nasib rakyat Indonesia. Sehingga munculah budaya masyarakat yang sampai saat ini percaya bahwa kompas masih menjadi media cetak paling baik dan netral di Indonesia. Walaupun ciri komunikasi massa salah satunya komunikatornya adalah sebuah lembaga atau organisasi. Inilah kunci kesuksesan dan kredibilitas Kompas Gramedia dalam penyajian berita. Kompas Gramedia tidak memiliki keberpihakan kemana pun apalagi kepentingan politik.
            Media massa juga bisa merubah trend masyarakat kapan pun mereka mau. Zaman sekaran, semakin seringnya media massa mem-blow-up berita tentang global warming, menjadikan perubahan budaya dan praktek bisnis dalam seluruh perusahaan di Indonesia bahkan dunia. Dengan semakin terasanya dampak negatif dari global warming, maka praktek bisnis perusahaan terutama yang berdampak langsung pada lingkungan. Dituntut mengembalikan sumber daya alam dan bertanggung jawab mengurangi praktek bisnisnya atau melakukan CSR lingkungan. Dengan semakin bermunculannya berita dan tuntuan dari berbagai pihak kepada perusahaan. Ini juga bisa mengikis kejayaan Kompas Gramedia di mata masyarakat jika tidak melakukan CSR lingkungan secepatnya. Karena bahan baku kertas merupakan bahan utama dalam praktek bisnis perusahaan. Ini bukti bahwa bagaimana media massa dan proses komunikasi massa yang seperti gunung, bisa mengangkat tinggi sebuah objek, tapi juga bisa membanting objek tersebut keterpurukan.

BAB 4
PEMBAHASAN
            Hal-hal yang kompas gramedia dalam pembentukan opini bahwa Koran kompas dan media kompas lainnya adalah media tebaik di Indonesia hanyalah konsisten dalam penyajian berita dan program acara. Nyaris tak ada upaya berarti selain konsistensis profesionalisme jurnalis dan sang owner dalam membentuk budaya dan menanamkannya dari generasi ke generasi. Sehingga walaupun karyawan setiap tahun banyak yang baru dari segala bidang perusahaan, tampa susah payah mampu mengikuti iklim budaya yang sudah ada. Seiring dengan perkembangan zaman dan munculnya banyak pesaing media lain dengan berbagai kepentingan di dalamnya tidak membuat Kompas tergiur mengikutinya, itulah budaya yang ditanamkan kepada seluruh karyawan terutama para professional jurnalisnya tentunya ditambah dengan hukuman dari perusahaan bila melanggar. Kisruh politik di Indonesia dan pencarian kekuasaan oleh berbagai pihak juga tidak membuat konsistensi Kompas bergeming.
            Sejak berdirinya Koran kompas, dan seiring berjalannya waktu, kompas gramedia hingga saat ini berhasil membentuk kepercayaan di masyarakat tanpa disadari masyarakat itu sendiri. Ini terbukti dari hasil survey jika kita bertanya sebutkan 2 koran terbaik di Indonesia, Koran kompas pasti disebut untuk seluruh kalangan masyarakat. Sedangkan untuk kalangan terpelajar, Koran kompas menjadi satu-satunya Koran netral dan objektif dalam penyajian berita karena tidak adanya kepentingan baik politik, ekonomi, maupun bidang lain. Dengan hasil ini, bias disimpulkan bahwa upaya pembentukan opini public oleh kompas gramedia agar dicitrakan sebagai media terbaik di Indonesia, berhasil sempurna bahkan bertahan lama.
            Sayangnya ini akan memudar bahkan hilang jika tidak segera diperbaharui atau diperbaiki terutama pada praktek bisnis perusahaan. Karena seiring perkembangan zaman, pemikiran manusia pun berubah seiring dengan perkembangan lingkungan yang berubah. Trend saat ini yang membahayakan bagi seluruh perusahaan adalah Global Warming, dan obat penyembuh hanyalah CSR Lingkungan. Dengan eksistensi kompas yang sudah terbaik, dan pendapatan dari seluruh unit usaha perusahaan yang sangatlah besar, tidak akan sulit membangun opini publik dengan tema baru sesuai dengan trend dan keadaan zaman saat ini.

BAB 5
PENUTUP
Kesimpulannya adalah sebuah perusahaan dalam memasarkan sebuah produk barunya pastinya dengan cirri khas yang beda dengan perusahaan lain, agar mudah diingat dan diterima. Kompas Gramedia pertama kali meluncurkan Koran sebagai media cetak pertama di Indonesia, langsung mendapat tempat di hati masyarakat karena media cetak pertama, dan kredibilitasnya dalam penyajian berita. Maka produk tersebut akan berubah menjadi brand dengan kepercayaan di masyarakat dan budaya yang sudah melekat, seperti pertanyaan, media cetak terbaik di Indonesia dan sebagainya. Lalu dalam membangun opini publik sebagai media terbaik di Indonesia, Koran kompas hanya cukup konsisten dalam penyajian beritanya yang netral dan objektif dan tidak terpengaru dengan keadaan zaman di Indonesia yang berbeda-beda dan berbagai kepentingan oleh media dan lembaga tertentu.
            Seiring dengan perkembangan zaman, walaupun sebuah perusahaan sudah sukses menjadi leader di pasar, tetap harus membuat program baru sesuai dengan trend dan tuntuan zama. Dan tuntutan zaman yang paling sesuai dengan kompas gramedia adalah global warming. Ini diperparah dengan praktek bisnis Kompas Gramedia yang bahan baku utama produksinya adalah kertas dan memerlukan batang pohon yang sangat banyak. Sementara perbandingan reboisasi dan pertumbuhan hutan baru dengan penebangan pohon sangat jauh. Ditambah suhu bumi semakin memanas, LSM semakin kritis dan mengkritik perusahaan dan media lain dapat saja mengangangkat ini untuk menjatuhkan pesaingnya. Maka itu diharapkan kompas gramedia mulai membuat program atau memulai praktek bisnis perusahaan yang mementingkan sumber daya lingkungan terutama hutan. Untuk mempertahankan opini publik lama dan membangun opini publik baru yang membuat perusahaan jauh lebih baik ke depan.

Sumber Referensi :
Ruslan, Rosady. 2006. Manajemen Public Relations Seri ke-5 dan Media Komunikasi. Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada.
Abelson, R.P. 1968. Computers, Poll, and Public Opinion.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar